KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada semulia-mulia Nabi dan
Rasul junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, kerabat, sahabat dan
pengikut beliau sampai akhir zaman.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
dengan berkat, petunjuk, dan taufik-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini.
Dalam kesempatan ini, penulis pribadi mengucapkan terimakasih yang
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini
dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “PSIKOLOGI
PENDIDIKAN ” dan sebagai tambahan wawasan bagi penulis.
Penulis menyadari, makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, karenanya kritik dan
saran tetap diperlukan, dan untuk itu pula sekali lagi diucapkan terima kasih.
Akhirnya dengan mengharap ridha dan karunia-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Allahumma Amin.
Martapura, 21 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................................... i
KATA
PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
C. Metode Penulisan.................................................................................... 3
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Perkembangan....................................................................... 3
B. Hukum-Hukum Perkembangan............................................................... 3
C. Tahap-Tahap Perkembangan Pribadi Manusia........................................ 5
D. Perkembangan Menurut Islam................................................................ 7
E. Pengertian dan Fungsi Pembawaan........................................................ 10
F. Pengertian dan Fungsi Lingkungan........................................................ 13
G. Tiga Aliran Dalam Proses Perkembangan............................................... 14
H. Pengaruh Pembawaan dan Lingkungan Terhadap Proses Belajar Anak. 17
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 19
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu yang lahir ke dunia ini pasti dengan satu
hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik setiap individu berbeda dan
diperoleh dari pewarisan/pemindahan cairan “germinal” dari pihak orangtuanya.
Di samping itu, individu tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari lingkungan
baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan
perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan
lingkungan. Agar kita dapat mengerti dan mengontrol perkembangan individu baik
dari tingkah lakunya, kita hendaknya mengetahui peranan masing-masing
(hereditas dan lingkungan). Dan inilah yang melatar belakangi kami dalam
penulisan makalah ini. Agar kita calon-calon guru dapat mengidentifikasi
bagaimana sifat, tingkah laku, intelegensi anak didik kita nanti.
Dan kita dapat memahami factor penyebab anak didik kita itu bertingkah laku
yang berbeda. Dapat kita lihat dari factor hereditas dan lingkungannya.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah;
1)
Dalam rangka pemenuhan tugas kelompok pada mata kuliah
psikologi pendidikan
2)
Sebagai bahan dalam diskusi di dalam ruangan sehingga terjadi
tukar pendapat (sharing) dalam pemecahan masalah yang akan kami paparkan.
Pembahasan Pada makalah ini kami akan membahas mengenai
hereditas dan lingkungan. Adapun sub materi yang akan kami bahas antara lain:
1. Pengertian pembawaan dan lingkungan dalam
pendidikan
2.
Proses pewarisan hereditas
3.
Macam-macam lingkungan
4.
Pengaruh pembawaaan dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan proses
belajar siswa.
C. Metode Penulisan
Kami menggunakan metode kepustakaan dan membuka blog di internet yang
berkaitan dengan bahan makalah yang kami buat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu
perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi
fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari pada fungsi-fungsi.
Perubahan sesuatu fungsi adalah
disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan
adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah
laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan
adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.[1]
B.
Hukum-Hukum Perkembangan
Perkembangan tidak dapat dipisahkan
dari pertumbuhan. Pertumbuhan sesuatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi
dan bahkan perubahan fungsi pada materi jasmaniah itu. Perubahan fungsi
jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan
fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi
kejiwaan.
Adapun hukum-hukum dalam
perkembangan antara lain seperti yang dikemukakan di bawah ini.
a)
Perkembangan
adalah kualitatif
Perkembangan tidak mengenai materi,
melainkan mengenai fungsi. Telah dikemukakan di atas bahwa perubahan fungsi
tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikian,
perkembangan itu adalah kuantitatif. Kualitatif di sini dihubungkan dengan
hasil dari perubahan yang tidak dapat dihargai secara kuantitatif.
b)
Perkembangan
sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar
Dengan belajar, orang memperoleh
pengalaman. Belajar merupakan kegiatan yang dinamis karena itu wajarlah bahwa
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan indikator
penting bagi perkembangan orang itu.
c)
Usia
Ikut Mempengaruhi Perkembangan
Dengan bertambahnya usia, maka
pertumbuhan seseorang langsung terus menuju kepada tingkat
kematangan-kematangan tertentu pada fungsi-fungsi jasmaniah.
d)
Masing-Masing
Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda-Beda. Dalam keadaaan normal,
perkembangan seseorang berlangsung dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama
bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain.
e)
Dalam
Keseluruhan Periode Perkembangan, Setiap Spesies Perkembangan Individu Memiliki
Pola Umum Yang Sama. Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang
sama, karena masing-masing individu memiliki materiil serta funggi-fungsi yang
sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat “genes” terjadi secara
kesinambungan dan teratur, meskipun terdapat pengaruh lingkungan yang
menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan, namun pola umum perkembangan tetap
sama.
f)
Perkembangan
dipengaruhi Oleh Hereditas dan Lingkungan
Faktor hereditas dan lingkungan
sama-sama penting bagi perkembangan individu. Hereditas nenumbuhkan fungsi-fungsu
dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembang fungsi-fungsi dan
kapasitas itu. Baik stimuli hereditas, maupun stimuli lingkungan berinteraksi
saling mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan.
g)
Perkembangan
Yang Lambat Dapat Dipercepat
Perkembangan seseorang dikatakan
terlambat apabila pribadinya tidak berkembang sesuai dengan pola perkembangan
sendiri yang normal. Kelambatan perkembangan ini dapat dipercepat melalui
kepemimpinan pengajaran yang didaktis.
h)
Perkembangan
Meliputi Proses Individual dan Integrasi
Meskipun pola tingkah laku individu
pada mulanya bersifat umum, namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah
perkembangan masing-masing fungsi yang tidak bersamaan.
C.
Tahap-Tahap Perkembangan Pribadi Manusia
Perkembangan pribadi manusia
meliputi beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan fisiologis,
perkembangan psikologis, perkembangan sosial, dan perkembangan
didaktis/pedagogis. Tahap-tahap perkembangan untuk tiap-tiap aspek tersebut
tidak sama.
1.
Tahap-Tahap
Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis seperti telah diuraikan pada pembahasan
terdahulu, merupakan perubahan kualitatif terhadap struktur dan fungsi-fungsi
fisiologis.
2.
Tahap-Tahap
Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi
hingga masa dewasa
3.
Tahap-Tahap
Perkembangan Secara Pedagogis
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat
dikemukakan di sini menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tinjauan teknis
umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan
pendidikan.
Mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi dari sudut tinjauan
teknis khusus perlakuan pendidikan, secara otomatis dapat kita ambil pentahapan
perkembangan psikologis yang baru saja dikemukakan di atas. Di sini kita
tinggal membicarakan perlakuan-perlakuan yang diperlukan dalam pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan tingkat-tingkat anak didik. Berikut ini dikemukakan
secara garis besar tentang perlakuan-perlakuan pendidikan menurut
tingkat-tingkat perkembangan psikoogis anak didik.
4.
Fase
dan Ciri Perkembangan
Fase perkembangan manusia tidak
terlepas dari proses pertumbuhan manusia itu sendiri akan tetapi fase
perkembangan pada diri manusia berbeda dari makhluk-makluk lainnya mempunyai
fromi yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengikat (fungsi mnemic) dan ia memiliki
fungsi realisasi diri (dinamakan entelecbt) yang menyebabkan manusia bisa
berkembang ke arah bisa dikehendakinya sendiri.[2]
Walaupun demikian, Aristoteles (384-322 SM) membagi masa perkembangan selama
masa 21 tahun dalam tiga septiniah (tiga periode kali tujuh tahun) yang
dibatasi oleh dua gejala alamiah yang penting yaitu : pergantian gigi dan
munculnya gejala-gejala pubertas.
Sedangkan perkembangan menurut
Charlote Buhler terbagi kepada beberapa bagian sebagai berikut :
1.
Fase
0-1 tahun : Masa-masa menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri, dan saat
melatih fungsi-fungsi terutama melatih fungsi motorik: yaitu fungsi-fungsi yang
berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan.
2.
Fase
2-4 tahun : Masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri disertai
penghayatan subyektif.
3.
Fase
5-8 tahun : masuk pada sosialisasi anak. Pada saat ini anak mulai memasuki
masyarakat luas (misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan kawan-kawan sepermaian
dan sekolah rendah).
4.
Fase
9-11 tahun : masa sekolah rendah. Pada periode ini anak mencapai obyektifitas
tertinggi.
5.
Fase
14-19 tahun : masa tercapainya sintesa antar sikap ke dalam batin sendiri
dengan sikap ke luar kepada dunia obyektif.
Dari beberapa fase perkembangan yang dikemukakan oleh Charlote
Buhler di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bukanlah suatu perkembangan
yang terjadi secara berangsur-angsur yang lepas satu sama lain. tetapi rentetan
yang tidak putus-putusnya dari pada struktur yang makin sempurna.
D.
PERKEMBANGAN MENURUT ISLAM
a)
Fase-Fase
Perkembangan Dalam Islam
Perkembangan individu yang merupakan fase yang saling berkelanjutan
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan individu di setiap fasenya, ada
proses yang sistematik, progresif dan kontinyu sebagaimana Allah menjelaskan
proses bagaimana individu tumbuh dan berkembang menjalani fase demi fase dalam
kehidupannya:
Maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
dengan (berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan, dan diantara kamu ada
yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulu telah
diketahuinya. (Q.S Al-Hajj, 22 : 5).
Dalam proses perkembangan individu, baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan di luar keluarga berpotensi untuk mempengaruhi perkembangan individu
dalam setiap fasenya, khususnya dalam membentuk kepribadiannya. Masalahnya
sekarang adalah bagaimana cara agar perubahan individu dalam setiap fase
perkembangannya bersifat progresif-sistematik dengan membawa nilai-nilai yang
positif sehingga dapat memudahkan individu dalam penyesuaian dirinya dengan
lingkungan.
Perkembangan individu dalam Islam dapat digolongkan ke beberapa
bagian sebagai berikut :[3]
1.
Fase
Pra-Natal
Fase perkembangan manusia pada masa prenanatal ini sebagaimana
dijelaskan baik dari sumber hadits dan al-Qur’an merupakan proses yang saling
berkaitan, pada periode pra-natal ini dimana sifat bawaan dan jenis kelamin
individu. Dalam masa ini merupakan langkah awal perkembangan dan pertumbuhan
serta pembentukan kepribadian, maka sebagian ulama menyarankan dalam masa
seorang ibu yang hamil hendak sering membaca Al-Qur’an dan banyak melakukan
perbuatan yang baik dan terpuji sehingga perbuatan yang baik tersebut akan
menjadi kepribadian anak dalam kandungan tersebut.
2.
Fase
Lahir
Fase
lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai individu dan
pada masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua
minggu dan periode ini janin mulai menyesuaikan dirinya dengan kehidupan di
luar hamil.
3.
Fase
Dua Tahun Pertama
Rasulullah
SAW bersabda tentang pendidikan anak tersebut sebagaimana sabdanya yang
berbunyi:
“Mulailah
mendidik anak-anak kalian dengan kalimat yang pertama : Laa ilaha illallah
(Tidak ada Tuhan selain Allah), bimbinglah mereka ketika mereka berada dalam
sekarat dengan laa ilaha illallah ! (H.R al-Baihaqi).
4.
Fase
kanak-kanak
5.
Remaja
dan
6.
Dewasa
E.
Pengertian dan Fungsi Pembawaan
Pembawaan adalah seluruh potensi yang terdapat
pada individu dan pada masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan.
Pembawaan atau bisa disebut dengan bakat ini dalam arti lain adalah merupakan
potensi – potensi , atau kemungkinan – kemungkinan yang memberikan kemungkinan
kepada seseorang untuk berkembang menjadi sesuatu. Berkembang tidaknya potensi yang ada pada anak masih
sangat tergantung pada faktor – faktor pendidikan yang lain.[4]
Agar lebih jelas lagi pengertian tentang
pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yang dimaksud dengan
pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan.
Pembawaan atau bakat terkandung dalam
sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan
oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan
(aanleg).
1.
Struktur Pembawaan
Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang
bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat
dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari
potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa
sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk
belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan
struktur pembawaan anak-anak.
2.
Pembawaan dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan
bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapati
kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu
pembawaan (aanleg). Untuk
menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan
sama-sama dengan maksud sama pula.
3.
Beberapa
Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a.
Perlu
pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :
1)
Pembawaan
jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan
jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya,
intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang
khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
2)
Pembawaan
Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam
perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan
mengenai ras.
3)
Pembawaan
Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan
jenis kelamin masing-masing.
4)
Pembawaan
Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang
sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah
pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
Secara
biologis setiap manusia mulai hiidupnya pada saat pertemuan antara sel benih
betina (ovum) dengan sel benih jantan (sperma). Struktur clluler yang ada di
dalam benih tadi yang menentukan hereditet. Struktur-struktur disebut dengan
kromosom-kromosom yang berupa benang-benang protoplasma yang terdapat
berpasang-pasangan dan setiap pasangan mengandung unsur-unsur yang disebut
dengan gena-gena. Gena-gena ini berbentuk rangkaian kalung dan terikat pada
pasangan kromosom tadi. Para ahli biologi mengatakan, bahwa jumlah
kromosom-kromosom untuk manusia ialah 48 pasang atau 24 pasang. Setengah dari jumlah
ini datang dari nenek – moyang yang pada pihak ayah, sedangkan setengahnya
berasal dari pihak ibu. Setelah sel telur dari wanita berhasil bersatu , maka
muncullah satu kehidupan baru, maka ovum yang telah diserbuki ini tumbuh dengan
jalan perpecahan sel-sel.setiap sel yang pecah menghasilkan dua sel yang baru.
Perpecahan ini berlangsung selama pembentukan organisme baru sampai memperoleh
segala organ. Beberapa sel-sel baru ini menjadi sel-sel benih yang fungsinya
ialah melanjutkan proses hereditet. Yang lain bagi menjadi sel-sel somatic dan
menghasilkan tulang , otot, alat-alat pria, dan susunan syaraf, pertumbuhan
selama priode prenatal (dalam kandungan ibu). Apabila sel-sel benih dari kedua
orang tuanya mengandung semua determinant tinggi, maka akan menghasilkan
mentalizet yang tinggi maka anaknya pun akan mendapatkan mentalizet
tinggi pula. Dalam hal ini orang tua disebut dengan homozygous. Barang kali
tidak ada satu orang pun yang bersifat homozygous untuk satu sifat. Tetapi,
yang lebih mungkin adalah , bahwa semua orang bersifat heterozygous untuk
setiap sifat. Oleh sebab itu anak dapat memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
kedua orngtuanya.
F.
Pengertian dan Fungsi Lingkungan
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan
anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya
yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam
satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada
dasarny lingkungan mencakuplingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan
sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam
proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat
peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta
didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal.
Sartain membagi lingkungan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut
:
1)
Lingkungan
alam/luar
2)
Lingkungan
dalam
3)
Lingkungan
sosial/masyarakat.[5]
Secara garis besar lingkungan dapat dibedakan :
1.
Lingkungan
Fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan
musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh
yang berbeda pula kepada akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada
individu.
2.
Lingkungan
sosial, yaitu merupakan lingkungan masyarakat, dimana dalam lingkungan
masyarkat ini ada interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan
masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan
individu.
Lingkungan
sosial ini biasanya dibedakan,
a.
Lingkungan
sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan erat antara
anggota satu dengan anggota lain.
b.
Lingkungan
sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan anggota satu dengan
anggota lainnya agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota lain
kurang atau tidak saling kenal mengenal.
Pengaruh lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat
kompleks dalam perkembangan individu, hal ini secara mendalam dibicarakan
tersendiri dalam psikologi sosial.[6]
G.
Tiga Aliran Dalam Proses Perkembangan
Manusia adalah merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsur kehidupan yang ada
pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan, baik perubahan dalam
segi fisiologik maupun dalam segi psikologik.
Mengenai faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan manusia
ternyata terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli sehingga
pendapat-pendapat itu menimbulakan bermacam-macam teori mengenai perkembangan
manusia. Teori yangs atu berbeda dengan teori yang lain, bahkan ada yang
bertentangan satu dengan yang lain. Teori-teori atau aliran dalam proses
perkembangan itu adalah :
a.
Aliran
Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa
mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah
latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan
sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang
tuanya.
b.
Aliran
Empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh
pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah
yang lebih yang baik maupun kearah yang buruk.
Aliran teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan
yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu
untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa”
yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai peranan.
c.
Hukum
Konvergensi
Hukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William
Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua
hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu
diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu
pembawaan dan lingkungan belaka.
Tetapi perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari
pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi
iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk.
Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang
telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu.
Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau
memainkan peranan juga.
Di Indonesia, teori konvergensi inilah yang dapat diterima, seperti
yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara :
“Tentang hubungan antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan
ditetapkan adanya “konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling tarik
menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai perlu tidaknya tuntunan di dalam
tumbuhnya manusia, samalah keadaannya dengan soal perlu atau tidaknya
pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya, kalu sebutir jagung yang
baik dasarnya jatuh pada tanah baik, banyak airnya dan dapat sinar matahari
maka pemeliharaandari bapak tani tentu akan menambah baiknya tanaman. Kalau tak
ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji
jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air maka biji jagung
itu walaupun dasarnya baik, tak akan tumbuh baik karena pengaruh keadaan.
Sebaliknya, kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam
dengan pemeliharaan sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan tumbuh
lebih baik daripada biji lain-lainnya yang tidak baik dasarnya”. (Ki hajar
Dewantara, 1962).[7]
H.
Pengaruh Pembawaan dan Lingkungan Terhadap Proses Belajar Anak
1) Pengertian
Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah
akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata
“belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan
keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak semua
orang mengetahui apakah itu belajar. Seandainya dipertanyakan apakah yang
sedang dilakukan ? tentu saja jawabnya adalah “belajar”. Itu saja tersimpan di
dalam pengertian dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati,
sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli
tentang belajar dipahami bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan.
2) Hubungan
Proses Belajar
Dalam belajar banyak sekali faktor
yang mempengaruhinya. Dalam sekian banyak hal mempengaruhi seseorang dalam belajar menurut Wasty Soemanto, dapat dikatagorikan kepada tiga hal yatu:
1.
Faktor-faktor daya serap
2.
Faktor-faktor metode belajar
3.
Faktor-faktor individual
Di dalam proses belajar mengajar itu
ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari
lingkungan.[8]
Akan tetapi mengenai pengaruh pembawaan dan lingkungan terhadap
proses belajar anak menurut penelitian para ahli menyatakan bahwa hasil dari
proses perkembangan seorang siswa tak dapat hanya dijelaskan dengan menyebutkan
pembawaan dan lingkungan saja. Artinya, keberhasilan seorang siswa bukan hanya
karena pembawaan dan juga lingkungan saja seperti yang dikemukakan panjang
lebar di atas, karena siswa tersebut tidak hanya dikembangkan oleh pembawaan
dan lingkungannya tetapi juga oleh diri siswa itu sendiri. Setiap orang,
termasuk siswa tersenbut, memiliki potensi self direction dan self-discipline
yang memungkinkan dirinya bebas memilih antara mengikuti atau menolak
sesuatu (aturan atau stimulus) lingkungan tertentu yang hendak mengembangkan
dirinya. Alhasil, siswa itu sendiri memiliki potensi psikologis tersendiri
untuk mengembangkan bakat dan pembawaannya dalam konteks lingkungan tertentu.
Dengan kesimpulan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya mutu hasil perkembangan siswa secara umum terdiri atas dua macam,
yaitu :
1.
Faktor
Intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri.
2.
Faktor
eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yag meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut
dengan lingkungannya.[9]
Dapat difahami bahwa kedua poin ini kalau dibandingkan dengan
pembawaan dengan lingkungan akan semakin jelas bahwa faktor intern itu meliputi
pembawaan sedangkan lingkungan itu meliputi faktor eksternal. Oleh karenanya
pengaruh lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam perkembangan belajar siswa.
Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan
suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin
membaca dan diskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.
Dan juga pembawaan, yang mana kedua orang tuanya adalah termasuk
gen-gen yang pintar seperti yang dipaparkan pada poin pengertian pembawaan dan
fungsi pembawaan maka jelaslah kedua faktor ini (pembawaan dan lingkungan) juga
turut mempengaruhi terhadap proses belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Perkembangan individu dalam Islam dapat digolongkan ke beberapa
bagian sebagai berikut :
1.
Fase
Pra-Natal
2.
Fase
Lahir
3.
Fase
Dua Tahun Pertama
4.
Fase
kanak-kanak
5.
Remaja
dan
6.
Dewasa.
Pembawaan adalah seluruh potensi yang terdapat pada individu dan
pada masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan. Pembawaan atau bisa
disebut dengan bakat ini dalam arti lain adalah merupakan potensi – potensi ,
atau kemungkinan – kemungkinan yang memberikan kemungkinan kepada seseorang
untuk berkembang menjadi sesuatu.
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan,
c.
Lingkungan
sosial primer
d.
Lingkungan
sosial sekunder
Teori-teori atau aliran dalam proses perkembangan itu adalah :
d.
Aliran
Nativisme
e.
Aliran
Empirisme
f.
Hukum
Konvergensi
Dapat disimpulkan bahwa faktor intern itu meliputi pembawaan
sedangkan lingkungan itu meliputi faktor eksternal. Oleh karenanya pengaruh
lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam perkembangan belajar siswa.
Dan pembawaan juga turut mempengaruhi terhadap proses belajar siswa
dikarenakan pembawaan gen-gen orang tuanya yang ada pada diri seorang manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Mudzakkir, Ahmad & Sutrisno,
Joko, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, PT.
Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2009, cet. 4.
Soemanto,
Wasty, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, 2006.
Syah Muhibbin, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008.
[1]
Ahmad Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKDK,hal. 72.
[4] Ahmad
Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK, Hal 92
[5] Ibid,
Hal 97
[6] Abu
Ahmadi, Psikologi Umum, Hal 194 - 195
[7] Ibid,
Hal 189-192
[9]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Hal 47-48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Koment yaaaa...!!! _^-^_