BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama
dua abad sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya
menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara
spesifik , selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling
bersaing untuk mendominasi yang lain.
Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan
memiliki berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademik psikologi
kontemporer cukup sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi
dilakukan di departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan
hubungan sosial. Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih
besar daripada menuju suatu kesatuan kohesif.
Paling tidak, sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20
memberikan deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai
keragamanya. Fase sistem dalam
perkembangan psikologi merupakan bagian penting dalam evolusi psikologi. Fase
tersebut menunjukan kesulitan dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan dan menempatkan psikologi dalam ilmu pengetahuan. Karena wujud
empiris ilmu pengetahuan merupakan kesamaan utama di antara bidang-bidang kontemporer
penelitian psikologi.
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi individu, baik
sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku J.P. Chaplin,
1979) psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik
setiap fase-fase perkembangan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk
mengetahui karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang
mempengaruhi psikologi perkembangan pada fase remaja.
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang luas yang saling berkesinambungan
antara setiap fase-fase perkembangan agar masalah penelitian leih terfokus
kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka dengan ini penulis
membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup Remaja dan pacaran saja.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas individu makalah kuliah Psikologi Sosial dan berujuan untuk memberikan
gambaran yang lebih luas tentang perkembangan psikologi sosial yang tidak lain
juga untuk menambah wawasan.
C. Identifikasi
Masalah
Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah penelitian sebagai
berikut:
- Bagaimana perkembangan
moral remaja?
- Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan moral remaja?
- Bagaimana pula
perkembangan keagamaan remaja?
- Karakteristik perkembangan fase remaja
- Pembahasan atau analisis data yang diperoleh tentang masa remaja.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah
ini yaitu dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu penulisan yang bersumber
dari buku-buku dan bahan lainnya seperti internet melalui blog-blog yang
mempunyai referensi berhubungan dengan pembuatan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
- Perkembangan Moral
Remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin
"mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
- Seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
- Larangan mencuri,
berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila
tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai
remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan
kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa
terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami
waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral
yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi
sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus
mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang
tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang
harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1)
Pandangan moral individu semakin lama semakin
menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
2)
Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang
benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral
yang dominant.
3)
Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia
mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari
pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah
moral yang dihadapinya.
4)
Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5)
Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih
mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan
ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah
mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan
kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu
hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi
dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral
ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap
ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua
tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam
keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar
apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan.
Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di
internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada
sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada
orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai
moralitas remaja dewasa, yaitu:
1)
Mengganti konsep moral khusus dengan konsep
moral umum.
2)
Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan
ke dalam kode moral sebagai kode prilaku.
3)
Melakukan pengendalian terhadap perilaku
sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu topic
tertua yang menarik minat mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar manusia.
Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang
dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan tidak
etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang
dapat diterima dan etis kepada remaja.
Perkembangan moral (moral development)
berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus
dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika
dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi
yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi
dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar
memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah
laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral
menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur
kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah
struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak
disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis,
yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek social yang
berisikan system nilai dan moral, yang benar-benar memperhitungkan
"benar" atau "salahnya" sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral
Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam
pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan
nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral sesorang, akan semakin terlihat
moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawabdari perbuatan-perbuatannya.
- Perkembangan Keagamaan
Remaja.
Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan
ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan
penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan
menjadi apa dia.
Agama, seperti yang kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan,
sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar
pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama,
agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi
kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian,
jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang
harapan-harapannya.
Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha
melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain,
mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang
umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah
hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada
masa remaja banyak mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka,
namun pada akhirnya kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang
pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang
tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard
dan Boll, 1943).
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama
pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams &
Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat
seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah
laku dan bias memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada
didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang
tengah mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak
misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup
berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan
berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka
pada masa remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih
mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap
keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal
anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada
masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka
mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.
Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama
selama masa remaja ini.
Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962)
tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang
teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman
agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal operational religious thought,
di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih abstrak dan
hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada
anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya
menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya
tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika
membuat pertimbangan tentang agama.
James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain
dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap
yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang
penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam
hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius
mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap
perkembangan remaja adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan
perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik
doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks pra-nikah.
Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja
dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan
mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja
yang sering menghadiri ibadat keagamaan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk
menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan
menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama
antara lain tampak dengan dengan membahas masalah agama, mengikuti
pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat
ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran
moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan
perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami
perkembangan.
Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch,
William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan
keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara kulitatif
menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan remaja
adalah sebagai berikut:
1)
Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke
dalam dua sub tahapan sebagai berikut:
a)
Sikap negative (meskipun tidak selalu
terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan
orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya
tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
b)
Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau
karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau
aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain.
c)
Penghayatan rohaniahnya cenderung
skeptic(diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai
kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2)
Masa remaja akhir yang ditandai antara lain
oleh hal-hal berikyut ini:
a)
Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif
dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan
hidupnya menjelanh dewasa.
b)
Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya
dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
c)
Penghayatan rohaniahnya kembali tenanh setelah
melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama
sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari
yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis
keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup
didunia ini.
Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki
agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda
ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin
menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin
manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai
sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas
menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
- Pengertian psikologi perkembangan dan
makna remaja
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari
proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut
kematangan perilaku. ( J.P. Chaplin, 1979 ). Psikologi perkembangan merupakan
cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan
sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. (
Ross Vasta.dkk, 1992).
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada
tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap
sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja
harapan dan tantangan: 8). Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan
psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok
tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta
persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai
anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta
dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai
kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia
bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak
baik akan berdosa.
Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi
serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir
menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak
menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan,
kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang
berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang. Secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang
lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa,
yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali
dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal:
12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun.
Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai
estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang
sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
- Ciri-Ciri Masa Remaja
Ø Masa remaja sebagai periode yang penting
Bagi sebagian besar anak muda, usia diantara dua belas
dan enam vbelas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh dengan kejadian
sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama
kehidupan ini perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik
semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang
memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang
atau takut.
Ø Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan sesuatu atau
berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah
peralihan dari satu tahup perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang
telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang.
Ø Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hamper bersifat
unifersal. (1) meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. (2) perubahan tubuh, bagi remaja
masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan
dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya. (3) perubahan minat. (4)
perubahan perilaku. (5) ingin kebebasan dan takut bertanggung jaawab.
- Keadaan
emosi selama masa remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai preode
“badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang
menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada masa usia ini. Penjelasan
diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa ini, adapun
meningginya emosi terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi
kondisi baru.
- Kebutuhan Remaja
- Kebutuhan akan pengendalian diri
- Kebutuhan akan kebebasan
- Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
- Kebutuhan akan penerimaan sosial
- Kebutuhan akan penyesuaian diri
- Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial.
BAB III
PEMBAHASAN
- Karakteristik Perkembangan Remaja
Istilah adolescence
atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa,
bangsa primitive demikian pula orang-orang pada zaman purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode=periode lain dalam rentang
kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak
merasa lagi dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual
yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi
dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas yang
umum dari periode perkembangan ini.
Seiring perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan
perkembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir,
berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon, sehingga menggalakan
Pertumbuhan organ seks yang tumbuh menuju kesempurnaan. Organ seks menjadi
besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja
putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu
meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria
mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar.
Di samping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di
atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada
remaja putri tetapi hanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu
terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah. Tanda-tanda
permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung terjadi
kemampuan reproduksi.
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena
sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa
masa, yaitu sebagai berikut
- Masa praremaja (remaja awal)
Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat.
Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali
masa ini disebut masa negative dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang
suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat
negative tersebut dapat diringkas, yaitu a) negative dalam prestasi, baik
prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negative dalam sosial, baik
dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam
bentuk agresif terhadap masyarakat (negative aktif).
- Masa remaja (remaja madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang
dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari
sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja
sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai
dewa remaja.
Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup
itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan
nilai-nilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si
remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu bayang dianggap bernilai, pantas
dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan
seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak
mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih
jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu
(jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru,
sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam
khayalan.
- Masa remaja akhir
Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah
tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan
masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa
dewasa.
- Masa Usia Kemahasiswaan
Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun.
Mereka dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau
dewasa madya. Dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia
mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.
- Penyimpangan atau Kenakalan Remaja
- Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS.
- Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS
- Kecanduan Alkohol / minuman keras.
- Tawuran.
- Sering berkunjung ke diskotik.
- Menjajakan diri kepada pria hidung belang.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menyimpang Pada Remaja
- Kelalaian orang tua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama).
- Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
- Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit (miskin/fakir).
- Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
- Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
- Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
- Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
- Perceraian orangtua.
- Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
- Hidup menganggur.
- Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
- Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral).
- Perubahan
moral pada masa remaja
Menurut Kholberg, tahap perkembangan moral harus
dicapai selama masa remaja, tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah
prinsip dan terdiri dari dua tahap yaitu :
1) Individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral
sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan setandart moral, apabila
hal ini bisa menguntukan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan.
2) Individu menyesuaikan diri dengan standart sosial dan ideal yang
diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada
sensor sosial. Dalam hal ini moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada
orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
- Kesimpulan
Istilah adolescence
atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa,
bangsa primitive demikian pula orang-orang pada zaman purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode=periode lain dalam rentang
kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada
tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap
sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
masa remaja ini
meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c)
remaja akhir: 19-22 tahun.
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena
sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakat orang dewasa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
- Saran
Penulis menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, Maka dengan ini,
penulis ingin memberikan saran-saran kepada pembaca yang mungkin bisa
bermanfaat, diantaranya: Jadikan agama dan keimanan sebagai alat untuk
membatasi atau mengontrol diri agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau
seks bebas.
DAFTAR PUSTAKA
B. Hur
lock Elizabeth, 1999, Psikologis Perkembangan, Jakarta: Erlangga
Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT.
Syamsu Yusuf, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT.
Cahyadi,
Ani, 2006, Psikologi Perkembangan, Ciputat : Press Group
Darajat
Zakiah, 1995, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: PT. Remaja
Desmita,
2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
Elizabeth,
HurlockB. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 1980.
Fatimah
Enung, 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung : Pustaka Setia
Hamalik
Oemar, 1995. Psikologi Remaja (dimensi-dimensi perkembangan), Bandung: Maju
Mundur
Hartati
Netty, 2004. Islam dan Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada
http//.www.google.com
Hurlock,
Elizabeth B. 1980, Psikoilogi Perkembangan, New York: McGraw-Hill, Inc.
Kartono,
Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. Remaja Rosdakarya
Nurihsan,
Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
Panuju,
Panut, 1999, Psikologi Remaja, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya
Santrock,
John W, 1983, Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup), University of
Texas at Dallas: Brown and Bench-mark
Santrock,
John W., 1996, Adolescence (Perkembangan Remaja), The University of at Dallas:
Times Mirror higher Education
Turner,
M. B. 1976. Psikologi and Science of
Behavior, New York : Appleton-Century-Crofts
Watson,
R. I. 1971. The Great Psychologist, From Aristotle to freud. Philadelphia:
J. B. Lippincott
Yusuf,
Syamsu, 2007, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Koment yaaaa...!!! _^-^_