WELCOME

Minggu, 27 November 2011

HAKIKAT MANUSIA


HAKIKAT  MANUSIA
A.    Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat Manusia adalah mahluk yang kuat, ada juga yang menyebut hakikat manusia adalah mahluk yang sempurna , ada juga yang menyebutnya mahluk paling cerdas. Dan kesemuanya itu menunjuk hakikat manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya.
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1.    Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.    Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3.    yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.    Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5.    Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
6.    Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7.    Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
8.    Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. selengkapnya.....Klik ......


 


HAKIKAT MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Konsep manusia dalam Al-Quran
Dalam al-quran, manusia berulang kali diangkat derajatnya, dan berulangkali juga direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam surga bahkan malaikat, tapi pada saat yang sama mereka tak lebih berarti dengan setan terkutuk dan binatang melata sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah dan makhluk yang mampu menaklukan alam. Namun, posisi ini bisa merosot ke tingkat yang paling rendah dari segala yang paling rendah.
Abdul Karim al-khatib dalam bukunya al-muslimun wa risalatuhum fi al-hayat dalam menguraikan tentang kedudukan manusia dalam islam mengatakan, manusia sebagaimana Allah Ta’ala ciptakan adalah makhluk yang istimewa, yang tegak di atas kakinya sendiri di antara makhluk-makhluk yang lainnya. Dalam kejadiannya telah terkumpul unsur-unsur makhluk yang lain, tapi ia bukan bagian daripadanya dan tidak serua dengannya.[1]
Gambaran kontradiktif meyangkut keberadaan manusia itu menandakan bahwa makhluk yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi, ada di antara predisposisi negatif dan positif. Untuk memperoleh gambaran yang jelas menegenai  kontradiksi ini, mari kta lihat beberapa istilah kunci yang mengacu pada makna manusia.
Al-Quran memperkenalkan tiga istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia, yaitu basyar, al-insan dan annas. Ahli lain menambahkan istilah istilah yang lain yang manegacu pada makna masia yaitu Adam., representasi manusia.
Selanjutnya akan saya uraikan tiga istilah yang telah disebutkan di atas yang terdapat dalam al-quran:
a.       Al-insan
Kata al-insan, disebut sebanyak 65 kali dalam al-quran. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan menggunakan kata al-insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk yang istimewa, secara moral maupun spritual. Makhluk yang memiliki keistimewaan dan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jalaludin rahmat (1994) memberi pengertian luas al-insan ini pada tiga kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi dna pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan peridosposisi negatif  yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al-insan disebut-sebut dalam hubungannya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali katregori yang ketiga, semua konteksal-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis dan sepritual.
Al-insan juga dipakai sebagai judul suatu surah tersendiri, yaitu surah 76. Dan memang awal surah itu memberi penjelasan tentang manusia, yang berbunyi:
هل أتى على الانسان حين من الدهر لم يكن شيآ مذ كورا. انا خلقنا الانسان من نطفة امثاج نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا.
Artinya “ bukanlah telah datanga atas manusia satu waktu dair masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut ? sesungguhnya kamil telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur kai hendak mngujinya dengan perintah larangan, karena itu ia kami jadikan mendengar dan melihat.
Penyebutan manusia sebagai makhluk biologis justru untuk menegaskan bahwa manusia bukan hanya sekedar itu. Di dalam surah al-thin Allah SWT, menegaskan:
لقد خلقنا الانسان فى أحسن تقويم.
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. 95:4)
Menurut Maulana Muhammad Ali dalam tafsir The Holy Quran, bahwa yang dimaksud dengan istilah Ahsani Taqwim dalam ayat itu adalah ‘daya kemampuan yang luar biasa besarnya untuk maju” yang dimiliki oleh manusia. Atau potensinya untuk berkembang dan mngembangkan diri. Dengan alat itu atau cara itu manusia bisa menangkap sesuatu.
Muhammad Mahmud Hijazy dalam menjelaskan ayat ini mengatakan bahwa manusia dikatakan sebaik-baik bentuk karena manusia memperoleh nikmat (kemampuan jasmani dan rohani) yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.[2]
Kategori pertama menunjuk pada keistimewaan manusia sebagai wujud yang berbeda dengan makhluk yang lain. Keberadaan dan keistimewaan dalam hal ini juga berarti keunggulan manusia itu bisa dijelaskan sebagaiu berikut. Pertama , Al-quran memandang manusia sebagai “mahkluk unggulan”atau puncak penciptaaan Tuhan. Keunggulan manusia terletak pada wujud kejadiannya sebagai makhluk yang diciptakan dengan kualitas Ahsanu Taqwim, sebaik-baik penciptaan. Manusia juag disebut makhluka yang dipilih Tuhan untuk mengembankan tugas sebagai khalifah di bumi.
Kedua, manusia adalah makhluk satu-satunya yang dipercaya Tuhan untuk mengembankan Amanah, sebuah beban sekaligus tanggung  jawabnya sebagai makhluk yang di percaya dab diberi mandat mengelola bumi. Menurut fazlurrahman (1990), amanah terkait dengan fungsi kriatif manusia untuk menemukan hukum alam, menguasainya atau dalam istilah al-quran “mengetahui nama-nama semua benda”, dan meneggunakan dengan inisiatif moral untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik..
Ketiga, manusia memiikul tugas berat sebagai khalifah dan pemegang amanah yang semua makhluk tidak bersedia, maka manusia dibekali dengan seperangkat kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut. Salah satu kemampuan itu adalah dibekalinya manusia dengan akal kreatif. Melalui akal kreatifnya manusiadiberi  konsesi untik memiliki, menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan kreatif. Sebab, menurut al-quran, manusia adalah makhluk yang diberi ilmu.”dia yang mengajar dengan pena, mengajar insan dengan apa yang tidak diketahuinya” (al-alaq/96:4-6).
Tugas kekhalifahan dan amanah juga membawa konsekuensi bahwa al-insan dibebani atau dihubungkan dengan konsep tanggung jawab, untuk melakukan yang terbaik manusia, karena setiap amalnya dicatat dengan cermat dan diberi balasan yang setimpal.
Ke empat, dalam menagbdi kepada Allah manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi psikologisnya. Jika ia ditimpa musibah ia selalu menyebut nama Allah. Sebaliknya, jika sombong,
b.      Annas
Konsep al-nas mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas ini paling banyak disebut al-quran (240 kali). Menariknya, dalam mengungkapkan manusia sebagai makhluk sosial, al-quran t5idak pernah melakukan generalisasi.
Penjelasan konsep ini dapat ditunjukan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukan kelompok-kelompok sosial dengan karekteristiknya masing-masing yang satu sama lain belum tentu sama.
Kedua, pengelompokan manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan ungkapan aktsar al-nas (sebagian besar manuisa). Memperhatikan ungakapan ini kita menemukan bahwa sebagian besar mayoritas manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun iman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan al-quran bahwa kebanyakan manusia tidak berilmu (7:187; 12:21;28;68;30:6, 30; 45; 26; 34;28, 36; 40:57),  fasiq (5:49), melalaikan ayat Allah (10:92), kafir (17:89; 25:50), dan kebanyakan manusia harus menanggung azab.
c.       Basyar
Manusai sebagai basyar berkaitan erat dengan unsur material yang dilambangkan dengan unsur tanah. Pada keadaan ini, manusia secara otomatis tunduk kepada takdir Allah di alam semesta. Sama taatnya dengan matahari, gunung, hewan dan tumbuhan. Ia tumbuh dan berkembang dan akhirnya mati. Dalam keadaan ini manusia dengan sendirinya(menerima apa adanya tidak punya pilihan). Akan tetapi, manusai sebagai al-insan dan al-nas bertalian dengan unsur hembusan ruh Tuhan. Keduanya tetap dikenakan dengan aturan-aturan (sunnatullah), tetapi ia diberikan kebebasan dan kekuatan untuk tunduk atau melepaskan diri dari hukum itu. Di titik ini manusia menjadi makhluk yang punya kebebasan dan pilihan alternatif.
Ada dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia berbeda dan membedakannya dengan makhluk lain, yaitu potensi mengembangkan ilmu dan iman. Buah dari keduanya adalah ‘amal shalih. Di kedua aspek ini hakikat kemanusiaan sesungguhnya. Karean menurut al-quran sedikit manusia yang beriman dan berilmu, dan lebih sedikit lagi manusia yang beriman dan berilmu. Kelompok terakhir inilah yang disebut al-quran, “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu” (al-hujarat, 58:11)[3]


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim al-kahtib, Al-Muslimun Wa Risalatuhum Fi Al-Hayat, Dar Al-Kitab Al-Araby, Beirut, 1982.  
Muhammd Irfan, Mastuk, H.S, Teologi Pendidikan, fisika Agung Insani.  
 Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002)





[1] Abdul Karim al-kahtib, Al-Muslimun Wa Risalatuhum Fi Al-Hayat, Dar Al-Kitab Al-Araby, Beirut, 1982.
[2] Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002)
[3] Muhammd Irfan, Mastuk, H.S, Teologi Pendidikan, fisika Agung Insani.

MANUSIA


HAKIKAT MANUSIA
1.      MANUSIA ADALAH MAHLUK YANG SEMPURNA
Asslm,
Ma’a syiral muslimin wal muslimat rahimmakumullah,
Asal usul manusia adalah berasal dari air dan tanah. Atau dengan kata lain, jika seorang manusia ditinjau dari asal usulnya  berarti ia bersifat jasmaniyah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling indah, paling tinggi, paling mulia dan paling sempurna, dengan demikian tidak ada makhluk lain di alam ini yang menyamai keberadaan  manusia. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk Tuhan berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna dari segi fisik, mental, kemampuan dan karya-karyanya.
Bisa jadi manusia dan binatang keduanya mempunyai indera yang sama seperti mata, telinga  dan lidah, namun yang menjadi tanda kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mampu berbicara  untuk menjelaskan, mendengar untuk menyadari dan mengerti, melihat untuk dapat membedakan  dan mendapatkan petunjuk. Jika  kemampuan-kemampuan ini hilang dari manusia, maka hilanglah kemanusiaannya dan derajatnya turun sama dengan binatang.
Menurut saya seorang manusia  dan seekor burung sama-sama mempunyai mata dan pandangan yang luas, tetapi mata manusia memiliki makna yang lebih luas, lebih kompleks dan lebih komplit. Fungsi mata burung pada dasarnya hanya untuk melihat benda-benda di sekitarnya  dalam radius yang amat terbatas, tetapi mata manusia selain untuk melihat benda-benda di sekitarnya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, juga mempunyai fungsi-fungsi lain yang apabila dikombinasikan dengan usaha-usaha yang maksimal akan menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang ilmu dan teknologi.
Demikianlah, segala kelengkapan dan piranti manusia seperti panca indera, otak, bahkan rambut, kulit dan kuku dan sebagainya yang melekat pada diri manusia mempunyai makna yang jauh melebihi apa yang dimiliki binatang. Belum lagi kelengkapan fungsi mental manusia dengan berbagai kemampuannya seperti mencipta, berpikir, berintrospeksi dan sebagainya. Tentu saja aspek mental ini tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisiknya, keduanya mesti berada dalam satu kesatuan yang membentuk diri manusia yang hidup dan berkembang.
Dalam pandangan Islam, manusia selalu dikaitkan dengan kisah tersendiri. Di dalamnya manusia tidak hanya digambarkan sebagai hewan tingkat tinggi, berjalan dengan dua kaki dan pandai berbicara, lebih dari itu. Menurut Al-Qur’an manusia lebih luhur dari apa yang didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Dalam Al-Qur’an manusia disebut sebagai makhluk yang amat terpuji dan disebut pula sebagai makhluk yang amat tercela. Hal itu ditegaskan dalam berbagai ayat, bahkan ada pula yang ditegaskan dalam satu ayat, akan tetapi itu tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam waktu yang bersamaan.
Allah berfirman,
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagikaan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raaf [7]: ayat 179)
Manusia berkali-kali diangkat derajatnya, berulangkali pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli semua makhluk bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan syaitan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga merosot  menjadi yang rendah dari segala yang rendah.
Oleh karena itu, makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri, apakah menjadi makhluk yang terpuji, mencapai derajat yang tinggi atau sebaiknya menjadi makhluk yang lebih rendah derajatnya dibanding binatang serta tersesat. Keberadaan manusia semakin sempurna ketika Allah SWT mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia dibebani amanat untuk memakmurkan bumi ini ketika amanat itu ditolak oleh makhluk-makhluk Allah yang lain.
Manusia menerima amanat itu karena fitrahnya yang sanggup menerima beban amanat dan memikulnya, fitrah inilah yang menjadi tanda keistimewaan dan kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk yang lain, subhanallah. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah SWT tidak dilihat dari segi fisik (kecantikan ataupun ketampanan seseorang), tapi sempurna dimata Allah SWT adalah siapa yang paling bertaqwa diantara mereka semua.
Allah berfirman,
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat [49]: ayat 13)
Ma’a syiral Muslimin wal muslimat rahimmakumullah,Apapun yang ada pada diri kita ini adalah yang terbaik menurut Allah SWT, jadi kita wajib mensyukuri apapun yang ada pada diri kita masing-masing.
·         Bagi yang diberi kemudahan rejeki, manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal shalih dengan rejeki yang ada, perbanyak sadakah dan menyantuni anak-anak yatim.
·         Bagi yang diberi kesempitan rejeki, tetaplah bersabar atas rejeki yang kita terima, tetaplah berusaha dengan cara yang halal, yang diridhai-Nya.
·         Bagi yang diberi anggota tubuh yang sempurna, tanpa cacat, banyak-banyak bersyukur dan manfaatkan anggota tubuh yang sempurna ini dijalan Allah, untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya.
·         Bagi yang diberi tubuh yang tidak sempurna, itulah yang terbaik buat kita. Kita semua maunya mempunyai anggota tubuh yang sempurna…tapi Allah Maha Berkehendak… Kita tetap harus sabar dan optimis, bahwa tujuan akhir kita adalah kehidupan akhirat.. apapun kondisi kita ..yang penting adalah taqwa harus tetap kita jaga.
Manusia makhluk yang mempunyai akal. itulah yang membedakan manusia dengan makhluk2 lain yang diciptakan oleh tuhan. dengan akal tersebut manusia bisa melakukan dan membuat segalanya di bumi, dengan akalnya juga manusia bisa menghancurkan dan membunuh sesamanya di bumi. jadi ada dua kondisi manusia yang menggunakan akal : ada manusia yang tidak bersyukur dan manusia yang bersyukur.
Apa sih wujud dari bersyukur?????ada yg tau??
saya mengutip dari salah satu kitab succi yang ada di bumi : bersyukur adalah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya dengan tulus dan ikhlas.
kalau kita lihat definisi bersyukur diatas ada berapa juta orang di dunia ini yang masih belum bersyukur dengan apa yang sudah diberikan oleh tuhan pencipta kita????!!banyak sekali, hampir seluruh bumi ini manusia berperilaku tidak mensyukuri apa yang udah diberikan oleh tuhan penccipta kita. jadi menurut saya adalah hal yang wajar jika tuhan pencipta kita menurunkan azab kepada kita semua!!termasuk anda loh!!!tapi kita udah kebal dengan azab yang diberikan, kita tidak merasa kalau itu adalah azab tuhan kita yang diberikan kepada kita. sudah saatnya kita memikirkan sesuatu yang besar, tidak bisa kita menjadi orang yang sukses atau orang yang besar kalau dalam pikiran kita masih berpikir tentang diri kita sendiri. itu adalah sesuatu yang egois! than kita sudah memberikan kita pendengaran, penglihatan, dan hati dengan gratis gak pake bayar!!coba aja kalo bayar brapa juta yang udah kita keluarkan sampe sekarang untuk udara yang kita hirup, untuk air yang mengalir menghidupkan segala sesuatunya, sangat tak ternilai!

Seseorang di zaman Tiongkok kuno pernah berkata, "Gunung tidak mesti harus tinggi, asal ada dewanya pasti terkenal. Sungai tidak mesti harus dalam, asal ada naganya pasti bertuah."
Sebenarnya tanpa dewa dan naga becik pun, pemandangan alam jagad raya memang sudah sangat indah.
Gunung dan sungai kondang, laut dan danau nan biru, mentari terbit diiringi kabut pagi, arus sungai turbulen dan bukit aneh serta jurang curam, pemandangan dan kemegahan jagad raya sangatlah mempesona, sebelum saya berkultivasi, seringkali berkutat di antara alam yang indah. Pernah dalam waktu yang lama merasa terbuai berada di dalamnya.
Namun, ketika sesudah saya betul-betul memahami kultivasi, akhirnya telah menyadari sebuah prinsip seperti ini: Di seantero jagad raya tak peduli pemandangan yang bagaimanapun cantiknya, fauna yang sedemikian aneka ragamnya, hanya manusialah makhluk paling sempurna.
Alam semesta beserta segenap isinya, seluruh flora dan fauna yang terwujud di dunia, semuanya hidup demi manusia, eksis demi manusia, bermanfaat bagi manusia dan musnah demi manusia.
Manusia adalah makhluk paling sempurna, bukannya berarti manusia itu lebih cerdas daripada segenap makhluk, melainkan manusia lebih berezeki dibandingkan segenap makhluk lainnya, bisa bertahan dalam mengalami penderitaan dan penempaan yang sulit, bisa berkultivasi dalam masa hidupnya dan satu-satunya yang bisa berpeluang kembali ke jati diri yang asli dan mencapai kesempurnaan.
Sementara satwa-satwa lain di dunia, tak peduli seberapa besarnya, sepintar apapun dan sepanjang apapun usianya, semuanya tidak memiliki kesempatan untuk berkultivasi.
Shakespeare? di dalam hasil karya ternamanya Hamlet pernah mengatakan kalimat ini: "Manusia adalah inti sari alam semesta, pemimpin segala makhluk." Di dalam dunia manusia betul memang terdapat banyak keburukan, kejahatan dan pemelintiran, misalnya keserakahan, kekerasan, pornografi, kegagalan, kerisauan, kesepian, kekalahan, penderitaan dan dingin tak berperasaan dan lain-lain.
Tetapi niat dan batin manusia menentukan segalanya, di dalam hati seorang manusia apabila telah tertanam benih ketulusan dan kebajikan, maka sumber keindahan akan selalu berada di dalam hati manusia. Memiliki tubuh manusia baru bisa berkultivasi, memiliki tubuh manusia baru memiliki harapan untuk balik ke jati diri kembali ke aslinya (yang suci).
Banyak orang menemukan alam semesta ini demikian indah, tetapi tidak mengetahui bahwa manusialah hasil karya paling indah dari sang Pencipta, karena Tuhan sang pencipta menggunakan image diri-Nya sendiri dalam membentuk wujud manusia, keindahan tubuh manusia melebihi semua makhluk di dunia.
Segala kebahagiaan di dunia fana, tak ada yang bisa menandingi rezeki yang bias ditemukan tapi tak dapat diminta ini. Maka itu, setiap orang yang terlahir pada zaman tak lumrah ini seharusnya menyayangi jiwa sendiri, sayangi peluang jodoh yang sulit ditemukan dalam ribuan tahun ini.  
2.      Menusi Adalah Khalifah di Muka Bumi
Manusia merupakan khalifah di bumi ini, diciptakan oleh Allah dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan yang menyertainya. Kita diberi akal pikiran dan juga hawa nafsu sebagai pelengkapnya. Manusia telah diberikan berbagai fasilitas di muka bumi sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia. Semua yang kita perlukan telah terhampar di alam semesta, manusia hanya perlu mengelolanya saja.
Dalam kelangsungan hidup manusia terjadi berbagai perkembangan di dunia, semakin kompleksnya kebutuhan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan terciptanya berbagai mesin-mesin dan berbagai alat komunikasi yang membantu meringankan kehidupan dan pekerjaan manusia. Didorong dengan nafsu keserakahannya, manusia hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, negara hanya berpikir untuk memajukan perekonomian dan pembangunan besar-besaran diberbagai sektor, tanpa memikirkan dampak lingkungan yang diakibatkan dari apa yang dilakukan manusia. Termasuk penduduk Indonesia perilakunya juga seperti itu, bisa dikatakan kepeduliannya sangat kecil terhadap lingkungan, ini tidak lepas dari tingkat kesadaran masyarakat dan juga desakan ekonomi yang juga menuntut masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang diakibatkan.
Kegiatan manusia di dunia ini banyak menimbulkan masalah bagi lingkungan, erosi tanah, polusi udara, banjir, tanah longsor, tanah yang hilang kesuburannya, hilangnya spesies-spesies dalam ekosistem, kekeringan, hilangnya biota-biota laut dan yang paling memprihatinkan adalah pemanasan suhu global, yaitu peristiwa pemanasan bumi yang disebabkan oleh peningkatan ERK (Efek Rumah Kaca) yang disebabkan oleh gas rumah kaca (GRK), seperti CO2, CH4, Sulfur dan lain-lain yang menyerap sinar panas atau menyebabkan terperangkapnya panas matahari (sinar infra merah). ERK (greenhouse effect) bukan berarti disebabkan oleh bangunan-bangunan yang berdinding kaca, tapi hanya merupakan istilah yang berasal dari para petani di daerah iklim sedang yang menanam tanaman di rumah kaca.
Global Warming sangat perlu diperhatikan oleh seluruh penduduk dunia, dan termasuk didalamnya penduduk Indonesia, dengan bersinergi menurunkan dan memperlambat peningkatan greenhouse effect. Langkah-langkah nyata harus dilakukan oleh masyarakat, karena sangat besarnya dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain yang hidup di bumi.
Kita ketahui Indonesia merupakan negara maritim. Pemanasan global yang saat ini terjadi akan memicu naiknya suhu atmosfer bumi, dan akan menaikkan permukaaan air laut, yang juga didukung oleh pencairan es di kutub bumi. Hal ini dapat memicu tenggelamnya negara kita, didahului dengan tenggelamnya ribuan pulau-pulau kecil yang dimiliki Indonesia. Kalau pemanasan global tidak cepat ditanggulangi dan membiarkan kegiatan-kegiatan manusia yang tidak ramah dengan lingkungan, mungkin beberapa abad lagi negara kita akan tenggelam dan berakhirlah peradaban manusia di dunia.
Seiring pertumbuhan penduduk yang cenderung tidak dapat dikendalikan dan selalu menunjukkan peningkatan. Hal ini juga terjadi di Indonesia, akan memicu naiknya kebutuhan-kebutuhan manusia seperti pangan, tempat tinggal, listrik, BBM dan banyak kebutuhan lainnya. Kesemuanya itu akan meningkatkan kebutuhan manusia akan lahan-lahan yang digunakan untuk produksi pertanian, perkebunan, pertambangan, tempat tinggal, jalan-jalan dan fasilitas umum. Hal ini tidak bisa dipungkiri, dan akhirnya terjadilah penebangan pohon-pohon dan hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk bahan baku industri tanpa menghiraukan dampak lingkungan yang akan diderita.
Ini  berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses yang sedang  terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga  ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan,  dan benda-benda  tak  bernyawa  semuanya diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
            Fungsi Khalifah
Pada  dasarnya,  akhlak  yang  diajarkan   Alquran   terhadap lingkungan bersumber dari fungi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan  menuntut  adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan  mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam  pandangan  akhlak Islam,  seseorang  tidak  dibenarkan mengambil  buah  sebelum  matang,  atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini  berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses yang sedang  terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga  ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan,  dan benda-benda  tak  bernyawa  semuanya diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa :
Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan  burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan  umat-umat (juga)  seperti manusia...”  (QS. Al-An’am  [6] : 38)
Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran  bahwa  apapun  yang  berada  di  dalam  genggaman tangannya,   tidak lain   kecuali    amanat    yang    harus dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus di udara,  dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawabannya, manusia menyangkut pemeliharaan  dan pemanfaatannya”, demikian   kandungan  penjelasan  Nabi  Saw. tentang firman-Nya dalam Alquran
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kemikmatan (yang  kamu  peroleh).” (At-Takatsur, [102]:  8)
Dengan demikian  manusia bukan  saja  dituntut  agar tidak  alpa  dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan” (QS Al-Ahqaf [46]: 3).
Pernyataan Allah ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan  kepentingan  diri  sendiri,  kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus  berpikir  dan bersikap  demi  kemaslahatan  semua pihak.  Ia  tidak  boleh bersikap  sebagai penakluk alam  atau  berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang,  istilah  penaklukan  alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani  yang beranggapan bahwa  benda-benda  alam  merupakan dewa-dewa yang memusuhi  manusia sehingga harus ditaklukkan.
Yang menundukkan alam menurut Alquran adalah  Allah.  Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 13)
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya  tunduk  kepada  Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat. Aquran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad Saw. yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad Saw. bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. “Nama” memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.
Ini berarti bahwa manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak  boleh  tunduk  dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda  itu. Ia tidak boleh diperbudak  oleh  benda-benda  itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda sehingga  mengorbankan kepentingannya sendiri. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apapun  asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya tidak mengorbankan kepentingannya di akhirat kelak.
3.      MANUSIA MAKHLUK ABADI
Asslm. Wr.Wb.
Kebanyakan orang merumuskan dirinya sebagai tubuh yang terbatas, tetapi manusia bukanlah tubuh yang terbatas, bahkan dibawah mikroskop, bagian terkecil dari daging manusia yang sudah tidak bisa dibelah lagi yang berupa atom itu betul-betul dicermati, manusia adalah sebuah ladang dan gudangnya energi, selalu bergerak dan bergerak tanpa berhenti sedetikpun mengintari orbitnya dengan kecepatan tertentu.
Energi bergerak kedalam bentuk, melalui bentuk dan keluar dari bentuk” . Seseorang pergi keseorang teolog dan bertanya : ”Siapa yang mencitakan alam semesta ini?” Dan ia akan berkata, ”Tuhan” . Jelaskanlah tentang Tuhan .” Dulu , sekarang maupun nanti Tuhan selalu ada, tidak pernah bisa diciptakan atau dihancurkanp”. Jadi kalau ada yang beranggapan bahwa manusia adalah sekedar seonggok daging yang berlarian kesana kemari, coba direnungkan lagi. Manusia adalah makhluk spiritual! Manusia adalah ladang energi, selalu bergerak yang beroperasi disebuah ladang energi yang besar. Manusia  makhluk spiritual, secara fisik merupakan gumpalan-gumpalan energi yang kekal dan abadi, selamanya, tidak akan punah dan musnah.
Al-Qur’an telah menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk yang ”kekal dan abadi. Sejak dulu mulai dari alam Ruh, lahir kedunia, mati, kemudian masuk alam Barzah dan dibangkitkan kembali nanti dihari Qiamat, sampai hari berhisab, kemudian manusia-manusia mendiami Surga atau Neraka, manusia tetap ada dan abadi selamanya. Diri manusia tetap ada, ia hanya ”berubah bentuk” seperti energi, dari setetes mani, segumpal darah, segumpal daging, menjadi bayi, anak-anak, manusia remaja, manusia dewasa, orang tua, wafat masuk alam Barzah, berbangkit dikumpulkan di Padang Mahsyar, dihisab, mendiami Surga atau Neraka, abadi selama lamanya, sang ”ruh” tetap ada dan ”abadi”, itulah manusia makhluk energi.
Allah SWT menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling berlolak belakang, dua makhluk yang saling membutuhkan, dua kubu yang saling bersebarangan, dua pendapat yang saling membenarkan, kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesedihan, dan masih banyak lagi…memang Allah SWT menciptakan apa-apa yang ada dilangit dan dibumi ini serba berpasang-pasangan dan serba seimbang, coba perhatikan… ciptaan Allah yang manakah yang tidak seimbang? Allah telah menjadikan semua makhluk ciptaan-Nya, segala sesuatu berpasang pasangan hanya ada dua macam energi yaitu energi positif dan energi negatif. Energi positif akan menarik unsur positif dan energi negatif akan menarik unsur negatif pula.
Allah berfirman,
Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin [36]: ayat 36)
Energi positif bersumber pada Allah SWT penguasa tunggal dialam semesta yang pada akhirnya akan berkumpul di dalam Surga Allah selamanya. Begitu juga energi negatif bersumber pada kekuatan syaitan yang pada akhirnya akan berkumpul di dalam Neraka selamanya, yang telah disediakan Allah SWT.
Sebagai makhluk energi yang kekal dan abadi, manusia akan menghimpun energi positif atau negatif didalam dirinya. Energi positif dalam diri seseorang akan menarik kekuatan positif, demikian pula energi negatif dalam diri seseorang akan menarik kekuatan negatif. Setiap saat selalu terjadi pergumulan antara kekuatan negatif dan positif didalam diri seseorang. Kekuatan mana yang akan menang? Tergantung kemana seseorang berpihak.
Jika seseorang berpihak pada Allah, kekuatan positif akan menguasai orang tersebut, dan tempat akhir  adalah Surga yang abadi yang disediakan untuk hamba-hamba Allah yang bertaqwa. Jika seseorang selalu berpihak pada syaitan, maka kekuatan negatif akan menguasai orang tersebut dan tempat akhir  adalah Neraka yang abadi, yang disediakan bagi hamba-hamba Allah yang kafir dan mengingkari ayat-ayat Allah.
Fikiran dan hati seseorang adalah kekuatan yang dapat menghimpun energi positif atau negatif didalam diri seseorang. Jika fikiran dan hati seseorang dipenuhi hal negatif, putus asa, tidak ada harapan, kebencian, dendam, dengki, kemiskinan, kemelaratan, kejengkelan, musyrik, tidak percaya pada kebesaran Allah, tidak percaya pada kehidupan akhirat dan lain sebagainya, maka hidup orang tersebut akan diselubungi energi negatif yang akan membawa orang tersebut pada kesengsaraan didunia dan diakhirat.
Allah berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahannam; mereka “kekal” di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah [98]: ayat 6)
Jika fikiran dan hati seseorang dipenuhi hal positif, beriman dan bertaqwa pada Allah, percaya adanya kehidupan akhirat, sabar, ikhlas, tawakal, optimis, penuh harapan, penuh rasa syukur, bahagia, nyaman, tentram, merasa berkecukupan, ridha atas kehendak Allah dan lain sebagainya, maka hidup orang tersebut akan diselubungi energi positif yang akan membawa orang tersebut pada kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
Allah berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. . (Al-Bayyinah [98]: ayat 7)
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga ‘Adnin yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka “kekal” di dalamnya “selama-lamanya”. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. .(Al-Bayyinah [98]: ayat
Perhatikan apa yang menguasai hati dan fikiran kita saat ini, unsur positif atau negatif kah? Kita, manusia adalah makhluk energi yang kekal dan abadi, hidup dan mati kita hanya suatu proses perubahan bentuk, sedangkan ruh kita tetap ada dan selalu ada, sejak dialam ruh hingga menempati Surga yang abadi atau Neraka yang abadi.
Allah berfirman,
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaan. (Asy-Syam [91]: ayat
Jika kita berpihak pada Allah, maka energi positif akan menguasai hidup kita, yaitu jiwa yang penuh ketaqwaan, jika kita berpihak pada syaitan, maka energi negatif akan menguasai kehidupan kita, yaitu jiwa yang penuh dengan kefasikan.
Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah ”membersihkan” siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An-Nur [24]: ayat 21)
Sebagai makhluk energi, manusia adalah makhluk yang kekal dan abadi. Manusia tidak akan pernah hancur dan musnah. Manusia  hanya berubah bentuk, dimulai dari setetes air, ruh yang ditiup didalam kandungan, anak bayi, manusia dewasa, mati sebagai mayit, masuk alam barzah, hari kebangkitan, kehidupan Surga atau Neraka yang abadi. Sudahkan kita persiapkan untuk menempuh perjalan panjang yang tidak ada batas ruang dan waktu itu? Setiap manusia akan menempuh perjalanan panjang yang tak terbatas. Oleh karena itu, jangan terpesona dan terpedaya oleh kehidupan dunia yang hanya sementara ini, perjalanan hidup manusia masih panjang, tidak akan pernah berakhir.
Allah berfirman,
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Fathir [35]: ayat 5)
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala.(Fathir [35]: ayat 6)
Sebagian besar manusia hanya fokus pada kehidupan dunia saja, mereka tidak mempersiapkan diri untuk kehidupan yang panjang dan abadi. Manusia hanya mempersiapkan diri untuk kehidupan sesaat, yaitu kehidupan dunia, mereka sekolah, menuntut ilmu, bekerja di kantor, berdagang, ikut program asuransi, menghimpun kekayaan, simpanan melimpah di bank, deposito di bank, membuat rumah mewah, investasi dimana mana, semua hanya untuk kehidupan yang singkat di dunia yang fana ini. Sebagai makhluk energi mereka lupa dan tidak menyadari bahwa mereka adalah makhluk abadi, yang tidak akan binasa selamanya, di dunia ini adalah ajang penilaian untuk memasuki & menempuh perjalanan panjang tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Kematian bukan berarti akhir dari segala galanya, kematian hanya perubahan bentuk energi & kematian merupakan awal dari kehidupan panjang di akhirat nanti.

Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr [59]: ayat 18)
Agar kita dapat menempuh perjalan panjang menembus ruang dan waktu, dengan selamat dan aman kita perlu menghimpun energi positif dalam diri kita. Energi positif bisa didapat dengan selalu mendekatkan diri pada sumber energi positif yang tak terbatas yaitu Allah SWT. Tanamkan sifat positif dalam hati dan fikiran, Iman, Taqwa, Tawakal, Syukur, Ikhlas, Selalu berbuat kebaikan , Ingat pada Allah dimanapun berada, ikuti perintah-Nya jauhi larangan-Nya.  Kita harus sadar bahwa manusia adalah makhluk energi yang abadi, dan manusia tidak akan pernah hancur dan musnah, manusia  hanya ”berubah bentuk”. Perjalanan setiap manusia tanpa kecuali akan berakhir didalam Surga yang kekal atau Neraka kekal abadi selamanya.
Energi positif bisa kita himpun dengan banyak ingat pada Allah SWT, membaca Al-Qur’an dan memahami artinya, shalat dengan benar dan khusuk, perbanyak untuk dzikir, bangun di malam hari , terutama sepertiga malam terakhir untuk mengerjakan shalat tahajjud yang dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah di masjid yang terdekat, Jadilah kita, umat Islam ini, sebagai hamba Allah yang penuh dengan taqwa, makhluk energi yang hidup kekal dan abadi di Surga.
Mohon maaf kalau ada kekurangan,
Wasslm. Wr.Wb

4.      Manusia Adalah Makhluk Monodualisme
 “Of all the species we’ve made contact with yours is the only one we can’t define. You have the arrogance of Andorians , the stubborn pride of Tellarites. One moment you’re as driven by your emotions as Klingons, and the next you confound us by suddenly embracing logic.”
Ambassador Soval and Vice-Admiral Maxwell Forrest
Yang berwarna biru menunjukkan karakter dalam kisah Star
Kutipan di atas saya temukan secara tidak sengaja dari sebuah website yang sepertinya terinspirasi dari kisah Star Trek, dari namanya saja website tsb sudah berbau Star Trek yaitu Memory Alpha.
Secara kasar dan asal-asalan mungkin kutipan di atas bisa kita pahami sebagai berikut:
Dari semua spesies yang telah kami temui hanya (karakter) kalianlah yang sangat sulit kami pahami. Kalian memiliki arogansi seperti halnya (bangsa) Andorians, watak keras kepala seperti (bangsa) Tellarites. Suatu saat kalian dikendalikan oleh emosi layaknya (bangsa) Klingons, tetapi di waktu lain kalian membuat kami bingung dengan logika yang kalian terapkan.
Kutipan di atas menggambarkan karakter manusia yang lumayan kompleks
a.      Manusia
Sebenarnya siapakah makhluk yang bernama manusia itu?
Secara biologis manusia masuk dalam kingdom animalia (seperti komentar Bang Fertob di sini), kelas mamalia, ordo primata, genus homo dan spesies homo sapiens. Jika melihat fakta bahwa manusia masih dalam kingdom animalia maka sangat wajar jika banyak manusia yang bertingkah seperti binatang (tapi walau begitu saya tidak mau mengakui bahwa saya termasuk dalam keluarga besar binatang. Walau katanya manusia masih dalam kerajaan binatang, manusia memiliki perbandingan massa otak dengan tubuh terbesar di antara semua hewan besar. Hal inilah yang membuat manusia memiliki akal dan pada akhirnya membedakan manusia (dengan akal) dengan hewan (yang tanpa akal).
Secara mentali, manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan perasaan (emosi), memiliki kesadaran (diri). Karena akal yang dimiliki (secara tidak langsung sebagai akibat perbandingan massa otak dengan tubuh yang relatif besar) maka manusia selalu menganggap dirinya sendiri sebagai organisme paling pintar. (definisi manusia versi wiki)
b.      Monodualisme Manusia
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang monodualisme alias dwitunggal. Secara kodrati manusia mempunyai kemampuan berkehendak sebagai diri sendiri yang pada akhirnya manusia menjadi makhluk yang individual. Tetapi pada saat yang bersamaan, pemenuhan berbagai macam tuntutan manusia sebagai individu tidak dapat lepas dari faktor eksternal yang berupa individu-individu lain. Hal inilah yang mendorong berpadu dan bekerjasamanya manusia-manusia individualis dalam suatu komunitas, yaitu komunitas sosial. Jadi manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Jadi sedikit dapat saya simpulkan tentang hakikat manusia antara lain meliputi :
a.                   Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.                  Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.                   yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.                  Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.                   Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.                   Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.                  Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.                  Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.