BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip
penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana untuk
bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith and Ragan, 1993).
Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran dapat dianggap sebagai
suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling berinteraksi.
Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk
kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional sering kali
direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir sejumlah model
disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh. Gentry mengatakan
bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif gafik tentang suatu
pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi pengembangan yang efektif
dan efisien dari pembelajaran.
Tujuan dari disain pembelajaran yaitu membuat
pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesulitan
pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
B.
Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini terdapat
beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mendeskripsikan salah satu model
desain rencana pembelajaran. Adapun model desain rencana pembelajaran yang akan
kami bahasa adalah model Gerlach & Elly, yang mana model ini adalah salah
satu model yang juga banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Semoga
dengan adanya makalah dan pembahasan ini kita dapat menyerap ilmu yang berharga
sebagai dasar kita calon guru yang akan menghadapi perjalanan pengajaran di
masa yang akan datang.
C. Metode Penulisan
Kami menggunakan metode kepustakaan dan membuka blog di internet yang
berkaitan dengan bahan makalah yang kami buat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut
Syaiful Sagala (2005:136)adalah pengembangan pengajaran secara
sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran
harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari
berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai
sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas
berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan
ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam
skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain
pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta
didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan"
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar
pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat
terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
B.
Komponen Utama
Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1.
Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang
perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan
pra syarat.
2.
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah
penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3.
Analisis Pembelajaran, merupakan proses
menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
4.
Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara
makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar
mengajar.
5.
Bahan Ajar, adalah format materi yang akan
diberikan kepada pembelajar
6.
Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan
atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
Selanjutnya kita akan masuk kepada pembahasan
khusus kita, Yakni pembahasan tentang model pembelajaran yang dengan namanya Model Pembelajaran Gerlach dan Ely.
C.
Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman
atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan
secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan
antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan
yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan
sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut
model ini melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman
berikut.
D.
Unsur-unsur dalam desain instruksional yang dikembangkan oleh
Gerlach dan Ely
1)
Merumuskan
tujuan pembelajaran (specification of
object)
Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang
harus dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus
bersifat jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar
mudah diukur dan dinilai.
2)
Menentukan
isi materi (specification of content)
Bahan atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni
berupa mata pelajaran atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi
materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya,
namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan
materi haruslah spesifik agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat
lebih jelas dan mudah dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3)
Menurut
kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal.
Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat
memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial.
4)
Menentukan
teknik dan strategi (Determination of
strategy)
Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai
pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan
tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain,
pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan
instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini
adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam
kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan
bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam
proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini
merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi
instruksional.
5)
Pengelompokan
belajar (Organization of groups)
Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai
merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang
menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study)
memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan
banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk
mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.
6)
Menentukan
pembagian waktu (Allocation of times)
Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang
berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan
waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara
individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut
pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok
yang lebih kecil.
7)
Menentukan
ruang (Allocation of space)
Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada
no.5, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat
dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas,
berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan
pengajar.
8)
Memilih
media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati.
Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach
dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori,
yaitu: (a) manusia dan benda nyata, (b)
media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display.
9)
Mengevaluasi
hasil belajar (evaluation of performance)
Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa,
interaksi antara siswa dan media instruksional. Hakiakat belajar adalah
perubahan tingkah laku belajar pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha
kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak
setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi
dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan
secara benar dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus
dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
Gerlach dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5
kategori:
- Manusia dan benda nyata
- Media visual proyeksi
- Media audio
- Media cetak
- Media display
10)
Menganalisis
umpan balik (analisys of feedback)
Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan
sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes,
observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini
menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan
instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih
perlu disempurnakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman
atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan
secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan
antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan
yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Gerlach dan Ely
mengatakan bahwa melalui tes Enteryng Behaviors (kemampuan awal) siswa, guru akan mengetahui apa yang
dibawa atau yang telah diketahui oleh siswa terhadap sesuatu pelajaran pada
saat (pelajaran) dimulai. Para perancang pembelajaran atau guru dalam
mengembangkan satuan pelajaranya dia harus mengetahui; siapa kelompok,
populasi, atau sasaran kegiatan pembelajaran tersebut? Perlunya guru atau
perancang pembelajaran mengetahui kemampuan awal ini, agar pelaksanaan
pembelajaran berjalan efektif, karena pengetahuan awal yang telah dimiliki
siswa terdapat juga pengetahuan yang merupakan prerequisit bagi tugas belajar yang baru. Untuk mengetahui
kemampuan awal sekelompok siswa atau mahasiswa perlu diadakan tes awal (pre-test). Tes awal mempunyai fungsi
atau tujuan yang berharga dan penting bagi pengembangan suatu pembelajaran.
Kelebihan model
pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
- Cocok
digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
- Tidak
adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
Contoh Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran
Gerlach dan Ely dalam PAI di sekolah adalah sebagai berikut:
1)
Merumuskan
tujuan pembelajaran (specification of
object)
Tujuan pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa
pelajaran tentang cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2)
Menentukan
isi materi (specification of content)
Isi materi PAI berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun
isi materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Dalam menentukan isi materi PAI harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup
materi karena berbeda menurut kelompok dan tingkatan kelas.
3)
Menurut
kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Tes awal berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
awal siswa dalam pelajaran PAI, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan
oleh seorang guru.
4)
Menentukan
teknik dan strategi (Determination of
strategy)
PAI dikaitkan dengan kegiatan siswa atau siswi dikehidupannya
sehari-hari. Masalah yang membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan.
Sebelumnya ditambah pelajaran PAI yang jarang dipelajari di sekolah umum maka dalam
mengajar PAI itu guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru tidak menggunakan
metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi
menggunakan metode yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan itu,
siswa jangan hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta
didik, apalagi jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa
mata pelajaran PAI sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan
guru dapat membuat siswa tertarik terhadap pelajaran PAI.
5)
Pengelompokan
belajar (Organization of groups)
Membentuk kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan
pengalaman masing-masing sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada
siswa dalam pelajaran PAI.
6)
Menentukan
pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat
dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan
observasi di musium secara individual, atau untuk diskusi dalam kelompok
tentang materi pelajaran PAI.
7)
Menentukan
ruang (Allocation of space)
Dalam pembelajaran PAI harus diberikan ruang agar dalam proses
pembelajaran siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8)
Memilih
media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI adalah:
a.
Audio
(kaset audio, CD dll)
b.
Cetak
(buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c.
Proyeksi
visual diam (OHP, film bingkai/slide)
d.
Audio
visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9)
Mengevaluasi
hasil belajar (evaluation of performance)
Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa baik berupa tes
objektif maupun essay yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
siswa dalam belajar PAI di sekolah.
10)
Menganalisis
umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran PAI baik dari guru
ataupun siswa/peserta didik
Pendekatan
pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana menyampaikan materi yang meliputi:
sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman (Vermon S.
Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan
Gerlach dan Ely sangat cocok dengan pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan
sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran sejarah.
Desain
instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling sesuai digunakan
dalam pembelajaran sejarah, karena langkah-langkahnya sangat lengkap dan
spesifik disamping itu, model juga tidak memiliki batasan tertentu sehingga
dapat digunakan dari semua kalangan (umum) walaupun memiliki sejumlah
kekurangan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain pembelajaran sebagai proses menurut adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan
perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran
yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Model
pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang
sistematis.
Kelebihan model
pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
- Cocok
digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
- Tidak
adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
B.
Saran
Setiap pembelajaran sudah barang tentu memerlukan yang namanya
metode, oleh sebab itu kita sebagai calon pendidikan ada baiknya selalu
meng-update model-model pembelajaran yang berkembang pada jamannya, bukan hanya
model tetapi juga media yang berkembang pesat saat ini mendongkrak para
pendidik agar selalu mengikuti perkembangan pendidikan agar tidak tertinggal
dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, Rosdakarya.
Alwi Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Bistok Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata
Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa, Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti,
P2LPTK.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach,
Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching
& Media: A Systematic Approach. Second edition. (Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta : Rineka Cipta
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Masnur Muslich. 2007. KTSP
Dasar Pemahaman dan Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan,
Pengawas Sekolah, Komite sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru, Jakarta, Bumi
Aksara.
Muhammad Ali. 1983. Guru dalam Proses Belajar
Mengajar, Baandung, Sinar Baru Algensindo.
Nasution S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran,
Jakarta, Bumi Aksara.
R. Ibrahim, Nana Syaodah S. 2003. Perencanaan
Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta Kerja sama Depdikbud.
Rostiyah N.K. 1982. Masalah-masalah Pengajaran
Sebagai Suatu Sistem, Jakarta, Bina Aksara
Rohani, Ahmad. t.t. Pengelolaan Pengajaran,
Jakarta, PT Rineka Cipta.
Salameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta, Bina Aksara
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu
Pengetahuan Sosial, Malang, IKIP
Suparno, Ruslan Efendy, Sulaiman Sahlan. 1988. Dimensi-dimensi
Mengajar, Bandung, Sinar Baru.
bukunya apa y tentang model pembelajaran gerlac& ely ?
BalasHapusbisa di dapatkan di mana?
good
BalasHapus