WELCOME

Minggu, 27 November 2011

KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA


MATA KULIAH
FILSAFAT PENDIDIKAN
 KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA
A.  Manusia dan statusnya
Banyak keajaiban didunia ini, tetapi tidak ada sesuatu yang lebih ajaib daripada manusia. Keajaiaban dan misteri kehidupan manusia masih banyak yang belum terungkapkan. Socrates yang hidup dua puluh  lima abad yang silam sudah mempersoalkannya, katanya, manusia hendaklah mengenal dirinya sendiri. Memang mengenal diri sendiri merupakan masalah asasi yang menyangkut kehidupan manusia secara keseluruhan. Di antara persoalannya adalah menyangkut kedudukan manusia itu sendiri sebagai mahkluk Tuhan di antara makhluk-makhluk yang lainnya.[1]
Ada orang yang mengatakan mansia itu binatang yang bisa tertawa atau binatang yang menangis, mendoa, berjalan tegak, yang dapat membuat api, yang dapat menciptkan alat-alat, yang mempunyai bahasa yang tertulis, yang dapat merasa bangga, yang dapat mencapaikemajuan, yang dapat menuju kepada maksud sendiri, yang mempunyai rasa menyesal dan yang ingin hidup di dunia.
Menurut Al-Ghazali, bahwa manusia sebagai orang tahu, juga sebagai orang yang mengetahui obyek-obyek pengetahuan dalam kenyataannya.  Al-Ghazali menetapkan terlebih dahulu apa yang disebut dengan pengetahuan yang pasti, guna mengetahui apakah sebenarnya kemampuan-kemampuan manusia itu. Tegasnya, kemampuan yang ada pada manusia yang dapat dicapainya.
Al-Ghazali berkata:
jelaslah bagi saya bahwa pengetahuan yang pasti adalah pengetahuan yang mengungkapkan  obyeknya secara tertib, sehingga dapat diteima tanpa keraguan, tanpa suatu kekeliruan dan khayalan.....suatu pengetahuan haruslah sempurna, sehingga tidak ada celah yang menunjukan kepalsuan atau yang mengubahnya menjadi keragu-raguan bahkan persoalan. Sekalipun usaha ini dilakukan seseorang yang dapat mengubah batu menjadi emas, atau mengubah tongkat menjadi ular. Hal yaang demikian itu hanya mendatangkan rasa kagum bagi diri saya. Akan tetapi keragu-raguan saya terhadap pengetahuan tersebut tidak terdapat sama sekali”
Dengan demikian. Al-Ghazali adalah orang yang selalu tidak puas dengan hasil kebenaran yang telah dicapainya. Ia terus mencoba menggali lebih jauh jenis pengetahuan yang dimikinya dengan jalan mempertajam jarak keraguan dengan pengetahuan yang diperoleh akal pikiran. Al-ghazali berkata lebih lanjut:
saya mendapatkan diri saya miskin dari pengetahuan yang bersifat tidak sempurna ini, kecuali dalam hal pengamatan indrawi dan kebenaran akali...lalu saya berkata: setelah berputus asa, tidak alasan lagi untuk mempelajair problem-problem yang saya hadapi, kecuali atas dasar pembuktian diri.[2]
Menurut sebagian ahli antropologi, manusia itu digolingkan pada kelompok hewan karena cara peninjauan mereka dari segi jasad, dari segi badaniah atau jasmaniah. Itu memang benar, tetapi tidak seluruhnya benar sebab kontruksi organ tubuh manusia jika dibandingkan dengan kontruksi organ tubuh hewan menyesui hampir tidak ada perbedaan asasi, apalagi kalau ditinjau dari segi anatomi perbandingan. Demikian pula bila ditinjau dari ilmu fisiologi yang mempelajari segala macam alat yang mempunyai tugas-tugas tertentu dalamkerja sama tubuh, dan  juga bagaimana caranya fungsi-fungsi yang beraneka ragam itu di atur dihubung-hubungkan.
Organ tubuh yang terdapat pada hewan yang menyesui, misalnya jantung, paru-paru, perut besar, alat kelamin dan sebagainya boleh dikatakan jika kontruksinya sama, masing-masing berfungsi sama seperti bernafas dengan paru-paru, makan dicerna dalam perut besr dan induknya menyesui anak-anaknya ketika masih bayi. Karean inilah, mereka dikelompokan dalam suatu kelompok, yaitu hewan tulang belakang yang menyusui, atau disingkat hewan menyesui. Dalam hal ini, manusia termasuk kelompok hewan menyusui. Uraian di atas mempunyai pandangan yang cendrung pada segi-segi persamaannya.
Disamping pandangan yang demikian, yang meremehkan dan merendahkan derajat manusia karena menyakannya dengan hewan menyusui, ada pula pendapat lain yang menekankan pada segi-segi perbedaannya, pendapat ini datangnya dari kalangan umat beragama, khususnya agama islam yang berpedoman pada kitab suci Al-quran:
لقد خلقنا الانسان فى أحسن تقويم.
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. 95:4)
Bentuk dan sifat ciptaan Allah yang disebut manusia itu kemudian di kupas secara panjang lebar oleh para ahli psikologi secara terperinci dan mendalam, sehingga tanpak nyata perbedaan antara manusia dengan hewan menyusui. Pandangan mereka bertitik tolak  dari unsur jiwa yang terdapat pada diri manusia dan tidak terdapat pada hewan menyesui.
Kalau pada hewan menyusui pokok utamanya terletak pada unsur kongkret, unsur raga, unsur fisik, unsur jasmaniah dan biologisnya semata-mata, maka pada diri manusia selain terdapat unsur kongkret, unsur raga, unsur jsamaniah terdapat juga unsur abstrak, yaitu unsur jiwa, unsur rohaniah. Disebut abstark karena jiwa itu tidak tanpak bentuk dan ukurannya, tidak dapat dipegang dan tidak dapat di raba, tetapi nyata-nyata ada. Keberadaannya dapat dibuktikan. Untuk memudahkan gambarannya, baiklah kita ambil sebuah contoh kawat listrik. Sebelum kawat itu ada stroomnya maka kawat itu merupakan kawat biasa, seperti kawat jemuran pakaian, yang kalau dipegang secara langsung tidak berbahaya, hanya terasa dingin. Setelah mendapat aliran stroom, jangan memegangnya secara langsung, apabila stroomnya kecil tidak berbahaya, hanya terasa seperti ada sengatan, tetapi kalau stroomnya besar apabila dipegang secara langsung sangat membahayakan bagi yang memegangnya, dapat mengakibatkan mati hangus terbakar.
Manusia dilahirkan di atas dunia. Ia berada di dalam dunia. Akam tetapi kebetadaan manusia di dalam dunia ini artinya dengan air di dalam gelas. Air dalam gelas merupakan dua hal yang terpisah atau dapat dipisahkan. Akan tetapi, manusia di dalam dunia menyatu dengan dunia. Manusia merupakan kesatuan dengan dunia. Manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dunia. Hal ini berarti manusia bukan pribadi yang dari alam sekitarnya, melainkan bersama-sama dengan alam sekitarnya, baik secara fisik dan sosial ini bersifat kausal. Pada satu sisi, manusia dipengaruhu oleh alam sekitar. Faktor geografis, iklim, flora, an faona berpengaruh pada pembentukan pribadi manusia yang tinggal ditempat itu. Namun dengan tangannya manusia pun dapat mengubah alam sekitar dan benda-benda alam menjadi benda yang berguna bagi kehidupannya. Dengan potensi rohaninya, cipta karsa, dan karsanya manusia menciptakan berbagai barang yang berarti bagi hidupnya an membudayakan diri dan alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan karya-karya manusia yang sangat penting. Makin maju cara berpikir manusia, makin maju pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan demikian, makin maju diri dan masyrakatnya. Dengan begitu, alam sekita makin dapat dikontrol adn dikendalikan oleh manusia. Jadi, manusia tidak lagi sangat tergantung dengan alam, tetapi justru sebaliknya manusialah yang mengendalikan alam sekitarnya.
Berdasarkan atas dimilikinya potensi-potensi kodrati manusia yang dapat berkembang  dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan hidupnya dan untuk menguasai serta mengola alam sekitarnya, maka para ahli pikir dan filsafat, memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di dunia ini antara lain:
1.      Manusia adalah Homo Sapiens artinya makhluk yang mempunyai budi.
2.      Manusia adalah Animal Rational artinya binatang yang berpikir.
3.      Manusia adalah Homo Laquen yaitu makhluk yang pandai menciptakan bahasa an menjelmakan pikiran manusia an perasaan dalamkata-kata yang tersusun.
4.      Manusia Homo Faber artinya makhluk yang terampil, dia pandai membuat perkakas dan disebut juga toolmaking animal yaitu binatang yang pandai membuat alat.
5.      Manusia adalah Zoon politicon, yaitu, makhluk yang pandai berkerja sama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kehidupannya.
6.      Manusia adalah Homo Economicus artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.
7.      Manusia adalah Homo Religious yaitu makhluk yang beragama.
Dr. M.J. Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus di didik dan dapat di didik. Oleh karena itu, unsur Rohaniyah merupakan syarat muthlak terlaksananya program-program pendidikan[3]





DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.

M. Dawam Rahardjo, Insanul kamil, konsepsi manusia menurut islam, Jakarta, PT. Grafiti pers pusat perdaganagan senin Blok II, 1985.

Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002).





[1] Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002)
[2] M. Dawam Rahardjo, Insanul kamil, konsepsi manusia menurut islam, Jakarta, PT. Grafiti pers pusat perdaganagan senin Blok II, 1985.
[3] Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Tinggalkan Koment yaaaa...!!! _^-^_