MATA
KULIAH
FILSAFAT
PENDIDIKAN
KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA
A. Manusia dan statusnya
Banyak keajaiban
didunia ini, tetapi tidak ada sesuatu yang lebih ajaib daripada manusia.
Keajaiaban dan misteri kehidupan manusia masih banyak yang belum terungkapkan.
Socrates yang hidup dua puluh lima abad
yang silam sudah mempersoalkannya, katanya, manusia hendaklah mengenal dirinya
sendiri. Memang mengenal diri sendiri merupakan masalah asasi yang menyangkut
kehidupan manusia secara keseluruhan. Di antara persoalannya adalah menyangkut
kedudukan manusia itu sendiri sebagai mahkluk Tuhan di antara makhluk-makhluk
yang lainnya.[1]
Ada orang yang
mengatakan mansia itu binatang yang bisa tertawa atau binatang yang menangis,
mendoa, berjalan tegak, yang dapat membuat api, yang dapat menciptkan
alat-alat, yang mempunyai bahasa yang tertulis, yang dapat merasa bangga, yang
dapat mencapaikemajuan, yang dapat menuju kepada maksud sendiri, yang mempunyai
rasa menyesal dan yang ingin hidup di dunia.
Menurut
Al-Ghazali, bahwa manusia sebagai orang tahu, juga sebagai orang yang
mengetahui obyek-obyek pengetahuan dalam kenyataannya. Al-Ghazali menetapkan terlebih dahulu apa
yang disebut dengan pengetahuan yang pasti, guna mengetahui apakah sebenarnya
kemampuan-kemampuan manusia itu. Tegasnya, kemampuan yang ada pada manusia yang
dapat dicapainya.
Al-Ghazali berkata:
“jelaslah bagi
saya bahwa pengetahuan yang pasti adalah pengetahuan yang mengungkapkan obyeknya secara tertib, sehingga dapat
diteima tanpa keraguan, tanpa suatu kekeliruan dan khayalan.....suatu
pengetahuan haruslah sempurna, sehingga tidak ada celah yang menunjukan
kepalsuan atau yang mengubahnya menjadi keragu-raguan bahkan persoalan.
Sekalipun usaha ini dilakukan seseorang yang dapat mengubah batu menjadi emas,
atau mengubah tongkat menjadi ular. Hal yaang demikian itu hanya mendatangkan
rasa kagum bagi diri saya. Akan tetapi keragu-raguan saya terhadap pengetahuan
tersebut tidak terdapat sama sekali”
Dengan demikian.
Al-Ghazali adalah orang yang selalu tidak puas dengan hasil kebenaran yang
telah dicapainya. Ia terus mencoba menggali lebih jauh jenis pengetahuan yang
dimikinya dengan jalan mempertajam jarak keraguan dengan pengetahuan yang
diperoleh akal pikiran. Al-ghazali berkata lebih lanjut:
“saya
mendapatkan diri saya miskin dari pengetahuan yang bersifat tidak sempurna ini,
kecuali dalam hal pengamatan indrawi dan kebenaran akali...lalu saya berkata:
setelah berputus asa, tidak alasan lagi untuk mempelajair problem-problem yang
saya hadapi, kecuali atas dasar pembuktian diri.[2]
Menurut sebagian
ahli antropologi, manusia itu digolingkan pada kelompok hewan karena cara
peninjauan mereka dari segi jasad, dari segi badaniah atau jasmaniah. Itu
memang benar, tetapi tidak seluruhnya benar sebab kontruksi organ tubuh manusia
jika dibandingkan dengan kontruksi organ tubuh hewan menyesui hampir tidak ada
perbedaan asasi, apalagi kalau ditinjau dari segi anatomi perbandingan.
Demikian pula bila ditinjau dari ilmu fisiologi yang mempelajari segala macam
alat yang mempunyai tugas-tugas tertentu dalamkerja sama tubuh, dan juga bagaimana caranya fungsi-fungsi yang
beraneka ragam itu di atur dihubung-hubungkan.
Organ tubuh yang
terdapat pada hewan yang menyesui, misalnya jantung, paru-paru, perut besar,
alat kelamin dan sebagainya boleh dikatakan jika kontruksinya sama,
masing-masing berfungsi sama seperti bernafas dengan paru-paru, makan dicerna
dalam perut besr dan induknya menyesui anak-anaknya ketika masih bayi. Karean
inilah, mereka dikelompokan dalam suatu kelompok, yaitu hewan tulang belakang
yang menyusui, atau disingkat hewan menyesui. Dalam hal ini, manusia termasuk
kelompok hewan menyusui. Uraian di atas mempunyai pandangan yang cendrung pada
segi-segi persamaannya.
Disamping pandangan
yang demikian, yang meremehkan dan merendahkan derajat manusia karena
menyakannya dengan hewan menyusui, ada pula pendapat lain yang menekankan pada
segi-segi perbedaannya, pendapat ini datangnya dari kalangan umat beragama,
khususnya agama islam yang berpedoman pada kitab suci Al-quran:
لقد
خلقنا الانسان فى أحسن تقويم.
“sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. 95:4)
Bentuk dan sifat
ciptaan Allah yang disebut manusia itu kemudian di kupas secara panjang lebar
oleh para ahli psikologi secara terperinci dan mendalam, sehingga tanpak nyata
perbedaan antara manusia dengan hewan menyusui. Pandangan mereka bertitik
tolak dari unsur jiwa yang terdapat pada
diri manusia dan tidak terdapat pada hewan menyesui.
Kalau pada hewan
menyusui pokok utamanya terletak pada unsur kongkret, unsur raga, unsur fisik,
unsur jasmaniah dan biologisnya semata-mata, maka pada diri manusia selain
terdapat unsur kongkret, unsur raga, unsur jsamaniah terdapat juga unsur
abstrak, yaitu unsur jiwa, unsur rohaniah. Disebut abstark karena jiwa itu
tidak tanpak bentuk dan ukurannya, tidak dapat dipegang dan tidak dapat di
raba, tetapi nyata-nyata ada. Keberadaannya dapat dibuktikan. Untuk memudahkan
gambarannya, baiklah kita ambil sebuah contoh kawat listrik. Sebelum kawat itu
ada stroomnya maka kawat itu merupakan kawat biasa, seperti kawat jemuran
pakaian, yang kalau dipegang secara langsung tidak berbahaya, hanya terasa
dingin. Setelah mendapat aliran stroom, jangan memegangnya secara langsung,
apabila stroomnya kecil tidak berbahaya, hanya terasa seperti ada sengatan,
tetapi kalau stroomnya besar apabila dipegang secara langsung sangat
membahayakan bagi yang memegangnya, dapat mengakibatkan mati hangus terbakar.
Manusia dilahirkan
di atas dunia. Ia berada di dalam dunia. Akam tetapi kebetadaan manusia di
dalam dunia ini artinya dengan air di dalam gelas. Air dalam gelas merupakan
dua hal yang terpisah atau dapat dipisahkan. Akan tetapi, manusia di dalam
dunia menyatu dengan dunia. Manusia merupakan kesatuan dengan dunia. Manusia
tidak dapat dipisahkan dari alam dunia. Hal ini berarti manusia bukan pribadi
yang dari alam sekitarnya, melainkan bersama-sama dengan alam sekitarnya, baik
secara fisik dan sosial ini bersifat kausal. Pada satu sisi, manusia dipengaruhu
oleh alam sekitar. Faktor geografis, iklim, flora, an faona berpengaruh pada
pembentukan pribadi manusia yang tinggal ditempat itu. Namun dengan tangannya
manusia pun dapat mengubah alam sekitar dan benda-benda alam menjadi benda yang
berguna bagi kehidupannya. Dengan potensi rohaninya, cipta karsa, dan karsanya
manusia menciptakan berbagai barang yang berarti bagi hidupnya an membudayakan
diri dan alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan karya-karya
manusia yang sangat penting. Makin maju cara berpikir manusia, makin maju pula
ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan demikian, makin maju diri dan
masyrakatnya. Dengan begitu, alam sekita makin dapat dikontrol adn dikendalikan
oleh manusia. Jadi, manusia tidak lagi sangat tergantung dengan alam, tetapi
justru sebaliknya manusialah yang mengendalikan alam sekitarnya.
Berdasarkan atas
dimilikinya potensi-potensi kodrati manusia yang dapat berkembang dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan
hidupnya dan untuk menguasai serta mengola alam sekitarnya, maka para ahli
pikir dan filsafat, memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan
yang dapat dilakukan manusia di dunia ini antara lain:
1.
Manusia adalah Homo Sapiens
artinya makhluk yang mempunyai budi.
2.
Manusia adalah Animal Rational
artinya binatang yang berpikir.
3.
Manusia adalah Homo Laquen
yaitu makhluk yang pandai menciptakan bahasa an menjelmakan pikiran manusia an
perasaan dalamkata-kata yang tersusun.
4.
Manusia Homo Faber artinya
makhluk yang terampil, dia pandai membuat perkakas dan disebut juga toolmaking
animal yaitu binatang yang pandai membuat alat.
5.
Manusia adalah Zoon
politicon, yaitu, makhluk yang pandai berkerja sama, bergaul dengan orang lain
dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kehidupannya.
6.
Manusia adalah Homo Economicus
artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.
7.
Manusia adalah Homo
Religious yaitu makhluk yang beragama.
Dr. M.J. Langeveld seorang tokoh
pendidikan bangsa belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal
Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus di didik dan dapat di didik.
Oleh karena itu, unsur Rohaniyah merupakan syarat muthlak terlaksananya
program-program pendidikan[3]
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan
Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.
M. Dawam Rahardjo, Insanul kamil, konsepsi manusia
menurut islam, Jakarta, PT. Grafiti pers pusat perdaganagan senin Blok II,
1985.
Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar
Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002).
[1]
Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu
Persada, 2002)
[2]
M. Dawam Rahardjo, Insanul kamil, konsepsi manusia menurut islam,
Jakarta, PT. Grafiti pers pusat perdaganagan senin Blok II, 1985.
[3]
Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: CV. Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Koment yaaaa...!!! _^-^_