Konsep manusia dalam Al-Quran
Dalam al-quran, manusia berulang kali diangkat derajatnya,
dan berulangkali juga direndahkan. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam
surga bahkan malaikat, tapi pada saat yang sama mereka tak lebih berarti dengan
setan terkutuk dan binatang melata sekalipun. Manusia dihargai sebagai khalifah
dan makhluk yang mampu menaklukan alam. Namun, posisi ini bisa merosot ke
tingkat yang paling rendah dari segala yang paling rendah.
Abdul Karim al-khatib dalam bukunya al-muslimun wa
risalatuhum fi al-hayat dalam menguraikan tentang kedudukan manusia dalam
islam mengatakan, manusia sebagaimana Allah Ta’ala ciptakan adalah makhluk yang
istimewa, yang tegak di atas kakinya sendiri di antara makhluk-makhluk yang
lainnya. Dalam kejadiannya telah terkumpul unsur-unsur makhluk yang lain, tapi
ia bukan bagian daripadanya dan tidak serua dengannya.[1]
Gambaran kontradiktif meyangkut keberadaan manusia itu
menandakan bahwa makhluk yang namanya manusia itu unik, makhluk yang serba
dimensi, ada di antara predisposisi negatif dan positif. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas menegenai
kontradiksi ini, mari kta lihat beberapa istilah kunci yang mengacu pada
makna manusia.
Al-Quran memperkenalkan tiga istilah kunci yang mengacu pada
makna pokok manusia, yaitu basyar, al-insan dan annas. Ahli lain
menambahkan istilah istilah yang lain yang manegacu pada makna masia yaitu Adam.,
representasi manusia.
Selanjutnya akan saya uraikan tiga istilah yang telah
disebutkan di atas yang terdapat dalam al-quran:
a.
Al-insan
Kata al-insan, disebut
sebanyak 65 kali dalam al-quran. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan
menggunakan kata al-insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai
makhluk yang istimewa, secara moral maupun spritual. Makhluk yang memiliki
keistimewaan dan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Jalaludin rahmat (1994) memberi pengertian luas al-insan ini pada tiga
kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai
khalifah Allah di muka bumi dna pemikul amanah. Kedua, al-insan
dikaitkan dengan peridosposisi negatif
yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al-insan
disebut-sebut dalam hubungannya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali
katregori yang ketiga, semua konteksal-insan menunjuk pada sifat-sifat
psikologis dan sepritual.
Al-insan juga dipakai sebagai
judul suatu surah tersendiri, yaitu surah 76. Dan memang awal surah itu memberi
penjelasan tentang manusia, yang berbunyi:
هل أتى
على الانسان حين من الدهر لم يكن شيآ مذ كورا. انا خلقنا الانسان من نطفة امثاج
نبتليه فجعلنه سميعا بصيرا.
Artinya “ bukanlah
telah datanga atas manusia satu waktu dair masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut ? sesungguhnya kamil telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur kai hendak mngujinya dengan perintah
larangan, karena itu ia kami jadikan mendengar dan melihat.
Penyebutan manusia sebagai makhluk biologis justru untuk
menegaskan bahwa manusia bukan hanya sekedar itu. Di dalam surah al-thin Allah
SWT, menegaskan:
لقد
خلقنا الانسان فى أحسن تقويم.
“sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. 95:4)
Menurut
Maulana Muhammad Ali dalam tafsir The Holy Quran, bahwa yang
dimaksud dengan istilah Ahsani Taqwim dalam ayat itu adalah ‘daya
kemampuan yang luar biasa besarnya untuk maju” yang dimiliki oleh manusia. Atau
potensinya untuk berkembang dan mngembangkan diri. Dengan alat itu atau cara
itu manusia bisa menangkap sesuatu.
Muhammad
Mahmud Hijazy dalam menjelaskan ayat ini mengatakan bahwa manusia dikatakan
sebaik-baik bentuk karena manusia memperoleh nikmat (kemampuan jasmani dan
rohani) yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.[2]
Kategori
pertama menunjuk pada keistimewaan manusia sebagai wujud yang berbeda dengan
makhluk yang lain. Keberadaan dan keistimewaan dalam hal ini juga berarti
keunggulan manusia itu bisa dijelaskan sebagaiu berikut. Pertama ,
Al-quran memandang manusia sebagai “mahkluk unggulan”atau puncak
penciptaaan Tuhan. Keunggulan manusia terletak pada wujud kejadiannya sebagai
makhluk yang diciptakan dengan kualitas Ahsanu Taqwim, sebaik-baik
penciptaan. Manusia juag disebut makhluka yang dipilih Tuhan untuk mengembankan
tugas sebagai khalifah di bumi.
Kedua,
manusia
adalah makhluk satu-satunya yang dipercaya Tuhan untuk mengembankan Amanah,
sebuah beban sekaligus tanggung jawabnya
sebagai makhluk yang di percaya dab diberi mandat mengelola bumi. Menurut
fazlurrahman (1990), amanah terkait dengan fungsi kriatif manusia untuk menemukan
hukum alam, menguasainya atau dalam istilah al-quran “mengetahui nama-nama
semua benda”, dan meneggunakan dengan inisiatif moral untuk menciptakan tatanan
dunia yang lebih baik..
Ketiga,
manusia
memiikul tugas berat sebagai khalifah dan pemegang amanah yang semua makhluk
tidak bersedia, maka manusia dibekali dengan seperangkat kemampuan untuk
melaksanakan tugas tersebut. Salah satu kemampuan itu adalah dibekalinya
manusia dengan akal kreatif. Melalui akal kreatifnya manusiadiberi konsesi untik memiliki, menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan kreatif. Sebab, menurut al-quran, manusia adalah
makhluk yang diberi ilmu.”dia yang mengajar dengan pena, mengajar insan
dengan apa yang tidak diketahuinya” (al-alaq/96:4-6).
Tugas
kekhalifahan dan amanah juga membawa konsekuensi bahwa al-insan dibebani atau
dihubungkan dengan konsep tanggung jawab, untuk melakukan yang terbaik manusia,
karena setiap amalnya dicatat dengan cermat dan diberi balasan yang setimpal.
Ke
empat,
dalam menagbdi kepada Allah manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi
psikologisnya. Jika ia ditimpa musibah ia selalu menyebut nama Allah.
Sebaliknya, jika sombong,
b. Annas
Konsep al-nas mengacu
kepada manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas ini paling
banyak disebut al-quran (240 kali). Menariknya, dalam mengungkapkan manusia
sebagai makhluk sosial, al-quran t5idak pernah melakukan generalisasi.
Penjelasan
konsep ini dapat ditunjukan dalam dua hal. Pertama, banyak ayat yang menunjukan
kelompok-kelompok sosial dengan karekteristiknya masing-masing yang satu sama
lain belum tentu sama.
Kedua,
pengelompokan manusia berdasarkan mayoritas, yang umumnya menggunakan ungkapan aktsar
al-nas (sebagian besar manuisa). Memperhatikan ungakapan ini kita menemukan
bahwa sebagian besar mayoritas manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari
segi ilmu maupun iman. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan al-quran bahwa
kebanyakan manusia tidak berilmu (7:187; 12:21;28;68;30:6, 30; 45; 26; 34;28,
36; 40:57), fasiq (5:49), melalaikan ayat
Allah (10:92), kafir (17:89; 25:50), dan kebanyakan manusia harus menanggung
azab.
c. Basyar
Manusai sebagai basyar
berkaitan erat dengan unsur material yang dilambangkan dengan unsur tanah. Pada
keadaan ini, manusia secara otomatis tunduk kepada takdir Allah di alam
semesta. Sama taatnya dengan matahari, gunung, hewan dan tumbuhan. Ia tumbuh
dan berkembang dan akhirnya mati. Dalam keadaan ini manusia dengan
sendirinya(menerima apa adanya tidak punya pilihan). Akan tetapi, manusai
sebagai al-insan dan al-nas bertalian dengan unsur hembusan ruh Tuhan. Keduanya
tetap dikenakan dengan aturan-aturan (sunnatullah), tetapi ia diberikan
kebebasan dan kekuatan untuk tunduk atau melepaskan diri dari hukum itu. Di
titik ini manusia menjadi makhluk yang punya kebebasan dan pilihan alternatif.
Ada
dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia berbeda dan membedakannya
dengan makhluk lain, yaitu potensi mengembangkan ilmu dan iman. Buah dari
keduanya adalah ‘amal shalih. Di kedua aspek ini hakikat kemanusiaan
sesungguhnya. Karean menurut al-quran sedikit manusia yang beriman dan berilmu,
dan lebih sedikit lagi manusia yang beriman dan berilmu. Kelompok terakhir
inilah yang disebut al-quran, “Allah mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu di antara kamu” (al-hujarat, 58:11)[3]
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Karim al-kahtib, Al-Muslimun Wa Risalatuhum Fi Al-Hayat, Dar Al-Kitab Al-Araby,
Beirut, 1982.
Muhammd
Irfan, Mastuk, H.S, Teologi Pendidikan, fisika Agung Insani.
Dr. Asmaran As, M.A, Pengantar
Studi Akhlak,(Jakarta: PT. Raja Grafindu Persada, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Koment yaaaa...!!! _^-^_